Download Gratis Buku Jakarta Undercover 3


JAKARTA = Forbidden City atau Paradise City. Predikat mana yang paling cocok dan pas? Bisa jadi dua-duanya. Buat saya, sebutan forbidden city jadi satu ukuran betapa segala jenis hiburan—termasuk alkohol, drugs, dan seks di dalamnya—bisa diakses dan dibeli kapan saja dan di mana saja. Padahal, menurut aturannya, segala hiburan yang berbau seks itu jelas "forbidden" di Jakarta (Well, tepatnya di Timur). Nyatanya? Bagi sebagian orang, hiburan yang notabene "forbidden" itu malah jadi "paradise" yang menawarkan kesenangan tak terhingga.

Istilah Forbidden City atau Gugong Bowuguan dalam bahasa Cina, yang menjadi sub-judul buku ini, secara sejarah mungkin tidak banyak berhubungan dengan salah satu peninggalan Emperor Mid-Ming tahun 1422 yang sampai sekarang masih kokoh berdiri di pusat Kota Beijing itu.

Forbidden City hanyalah sebuah istilah saja. Karena buat saya, maknanya beda-beda tipis dengan kondisi Jakarta saat ini. Makanya, saya lebth suka menggunakan judul Jakarta Undercover (Forbidden City) up [to] date dan [re] visited. Ooo.. seperti apa kira-kira gambarannya? Makin keren, gemerlap, dan ehmmm...edan, Man! Barangkali, kalimat itulah yang pas untuk untuk menggambarkan kondisi dan situasi Jakarta menjelang akhir tahun 2006 ini. Gimana nggak keren, gemerlap, dan edan, kalau ternyata dari hari ke hari, kawasan "abu-abu" di Jakarta jumlahnya makin bertambah dan menu-menu seks yang disajikan pun sangat variatif + inovatif. Layaknya sebuah supermarket, setiap mata yang datang disuguhi aneka menu pilihan beragam. Tinggal pilih dan sesuaikan dengan duit di kantong. Money talks, itu sudah jadi rumus nomor satu di dunia pelesir seks. Ada uang, segala kesenangan—dari yang softcore sampai hardcore—bisa didapatkan.

Belum lagi aktivitas private party yang belakangan ini juga muncul dengan segala kegilaan-nya. Mulai dari swinger party, oral sex competition sampai BDSM Club. "Stop, stop dulu! Jangan ngomong teori melulu. Gambaran edannya Jakarta itu seperti apa detailnya" sergah Nadia, 28 tahun, salah satu peserta arisan gaul yang sering ber-window shopping di Plaza Senayan.

"Sorry. Jadi langsung ke pokok masalah nih?" pancing saya.

"Ya iyalah. Hare gene, bosen dengerin teori soal gaya hidup orang-orang perkotaan," sambung Nadia.

"Okay. Done!"

Bener juga kata Nadia, daripada ngobrolin teori, mendingan langsung ke reality show-nya.. Lagi pula, saya juga nggak jago-jago amat kalau disuruh menjelaskan dari A sampai Z mengapa banyak laki-laki berduit menghabiskan waktunya di karaoke, nite club, kelab kebugaran, atau strip-bar yang di dalamnya menyediakan aneka macam jasa sex-entertainment. Saya hanya percaya, semua orang punya alasan masing-masing. Ya nggak?

Supermarket Sex-tainment

MARI kita mulai dari Jakarta Utara dulu. Selama ini, banyak orang beranggapan kalau Red District yang paling.....

"Lho, kok dari sana? Bukannya di Jakarta Barat yang paling banyak?" sergah Nadia, memotong pembicaraan saya.

"Aduh, dengerin gue kelar ngomong dong. Kalo nggak, ketik ABCD."

"Maksudnya?"

"Aduh, Bo' Cuapek deh!"

"Sorry, sorry. Terusin aja omongan lo. Gue jadi pendengar yang baik," kata Nadia.

Ya, selama ini Red District yang paling terkenal di Jakarta adalah wilayah Barat, terutama di Kawasan Mangga Besar dan sekitarnya. Kenapa saya mulai dari Jakarta Utara, itu lebih karena persoalan up to date tempat dan menu-menu yang disajikan. Artinya, di wilayah itu belakangan ini tengah ramai jadi pembicaraan di kalangan para traveler malam, entah yang berprofesi sebagai pejabat, pengusaha, esmud sampai anak gaul sekalipun. Tahun lalu, sempat terdengar nama satu tempat kebugaran di Kelapa Gading berinisial MS yang heboh dengan menu gadis Uzbek dan Cungkok-nya. Belum lagi ditambah dengan desain dan besarnya tempat tersebut. Pada rentang waktu yang hampir bersamaan, di kawasan yang sama santer terdengar soal nite-club berinisial BQ yang populer dengan sajian sexy show di atas panggung. Dan, tak kalah menariknya adalah tontonan striptease bule yang bisa dinikmati di kamar khusus.

"Striptease bulenya dari mana? Cowoknya ada nggak?" tanya Nadia.

"Striptease bulenya kebanyakan dari Rusia dan Uzbekistan.Yang dari Amerika atau Australia belum ada. "

"Ooo.. .kirain ada cowoknya. Lucu juga buat bachelor party" kata Nadia sambil tersipu. Berbeda dengan para stripper lokal yang biasanya hanya menari-nari tak lebih dari setengah jam dan selebihnya melakukan pendekatan personal untuk urusan kencan lanjutan, para stripper bule itu lebih banyak unjuk kebolehan dengan menari seksi. Makin banyak tip yang ke luar, makin liar mereka menari.

Penasaran nggak dengan terusan ceritanya?
Jangankan Anda, saya saja penasaran. Ayo download saja DI SINI

Related Posts:

0 Response to "Download Gratis Buku Jakarta Undercover 3"

Post a Comment