Kunci Menulis Cerpen: Kejelasan

Saat ingin menulis cerita
Dan cerita itu ingin menjadi karya tulis
Yang lebih serius, masuk media, atau setidaknya nyaman dibaca orang
Maka sebelum menulis, harus jelas dahulu, apa pesan yang ingin disampaikan
Kemudian perjelas jalan ceritanya seperti apa, tokohnya siapa saja, karakternya bagaimana?
Setelah semuanya jelas, maka proses penulisan bisa lebih mudah daripada, ketika menulis sebelum semuanya jelas.

Mengapa harus jelas?
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lakukan perbandingan.

Dua macam proses menulis cerita pendek.

Pertama, ide dulu lalu nulis.
Kedua, nulis dulu, lalu nanti merumuskan ide.

Macam pertama, 
Dimulai dari datangnya ide, 
Kemudian, pikiran merangkai jalan cerita. 
Biasanya, datang idenya tanpa sengaja, seperti saya, pernah 
Kedatangan ide sedang naik tangga 
Mau jemur pakaian ke lantai dua gedung madrasah, kemudian, sambil memeras pakaian dan menggelarnya pada tali jemuran, rangkaian ceritanya saya tata di dalam pikiran. 
Cara pertama ini sangat ringan, 
Ibaratnya ketika ingin sampai ke sebuah menyenangkan, maka, jika sebelumnya, kita sudah tahu di mana letak tempat itu persisnya dan tahu lika-liku jalannya ke mana saja, maka, sampai ke tempat itu akan lebih mudah.

Macam kedua, 
Ada pembuatan cerpen yang prosesnya, menulis dulu, baru nanti merumuskan ide. 
Seperti pematung dari tanah liat, dia tumpukkan dulu tanah liatnya, dan membentuk semaunya, dan sambil begitu, dia menunggu ide datang ke dalam pikirannya tanah itu mau dibuat apa. Cara kedua ini mungkin saja mudah pada awalnya, karena terkesan asal-asalan, asal tulis, asal jalan, asal berkata, namun ke sananya, jika ingin dibuat karya serius, dengan tema, tokoh, alur, dan ending yang jelas, maka, biasanya membutuhkan ekstra kerja keras, terutama dalam proses membuang yang tidak perlu, menambah yang masih kurang, dan meluruskan jalan cerita...mungkin ini, ibaratnya kita ingin sampai ke sebuah tempat indah, tapi tidak tahu tempat indah itu di mana, dan tidak tahu juga di mana jalannya, kita mulai saja jalan-jalan, tanpa tahu arah dan tujuan mau ke mana...cara kedua ini saya kira sangat memboroskan energi, kecuali--sekali lagi--jika Anda ingin menulis, sekedar menulis, hanya ingin memuntahkan kecamuk pikiran, tanpa punya tujuan profesional, mau menjadikan tulisan itu menjadi cerpen, artikel atau novel.

Sastrawan Pengagung Takdir

Memang ada beberapa sastrawan, yang menulis sebelum tahu arah menulisnya mau ke mana,
Dia mulai menulis, dan sebelum tahu jalan ceritanya mau ke mana, dan mau berhenti di mana, mulai saja dia menulis, terus menulis, dan terus mengalirkan isi kepala, membiarkan pikiran dan tangannya berjalan sesukanya, dibimbing takdir ke mana dan sampai di mana saja sejadinya.

Maaf jika saya salah, penulis dengan gaya semacam ini adalah Budi Darma. 

Seperti pengakuannya di sebuah esai majalah sastra, Budi Darma mengakui, jika dia menulis dibimbing takdir, begitu saja, setelah datang ide, kemudian dia menuluis, tanpa bisa dia hentikan tangannya mengetik dan terus mengetik, hingga sebuah novel tuntas, jadilah Olenka, novel fenomenal, dan menjadi masterpiece.

Anda mau seperti Budi Darma, silakan saja. Cuma saya kira, tanpa pengetahuan sastra dan bahasa yang mumpuni, caara itu malah membuat karya Anda berantakan. Kecuali jika memang Anda penyuka baca, dan koleksi kata Anda sudah melangit, maka menulis seenaknya, membiarkan tangan dibimbing takdir berjalan ke mana suka, menulis apa saja, dan menceritakan apa saja, seingatnya, mungkin bisa menjadi karya bagus.

Terserah mau nulis dengan cara apapun
Pada akhirnya,
Pembacalah yang akan mengadili tulisan Anda...

Related Posts:

Download Gratis Buku Novel Cinta di Dalam Gelas

Tidak usah membaca uraian ini, langsung saja download e-booknya, lihat ke bawah.
Novel ini menyajikan kecantikan sejak dari judulnya: Cinta di Dalam Gelas. Apa yang ada di benak Anda ketika membaca judul "Cinta di Dalam Gelas", yang muncul di benak saya, sebuah gelas, yang di dalamnya tersimpan bunga bersama sebongkah gambar hati...Namun bukan, Andrea memberi judul "Cinta di Dalam Gelas" untuk pengertian yang dekat, tanpa memerlukan filosofi mendalam, dengan mudah, pada bab awal, Andrea sudah memberitahukan kepada pembaca, bahwa cinta di dalam gelas, adalah kopi yang disajikan seorang istri kepada suaminya. Kopi itu ungkapan cinta seorang istri kepada suaminya, dan ketika dia sajikan kopi itu di dalam gelas, maka itulah cinta di dalam gelas.

Begitulah Andrea dalam menulis, sederhana, sehari-hari, namun mendalam. Sederhana, sekedar menyebutkan cinta di dalam gelas, namun mendalam, ketika memikirkan, merenungkan dan membicarakanya lebih jauh, ini bisa menjadi uraian artikel yang panjang. Kekuatan Andrea dalam berkata-kata, membuatnya selalu sukses menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Ketika dia berkomedi, kelucuannya sangat terasa, dan ketika menyampaikan keharuan, pembaca bisa sampai berurai air mata. Ironi, parodi, simile, paradoks, dan berbagai peribahasa lainnya, dia jadikan bumbu, kemudian dengan rasa yang pas, membuat resep tulisannya diterima pembaca mana saja.

Demikianlah untuk dwilogi keduanya ini. Setelah buku pertama, Padang Bulan, maka Cinta di Dalam Gelas, adalah pemuas dahaga kerinduan, dari pembaca yang mencintai karya-karya Andrea Hirata. Komedi yang Andea sisipkan ke dalam ceritanya, tidak membuat karyanya menjadi kacangan. Namun tetap berbobot dengan suasana budaya. Sebagai orang melayu kampung, maka yang dia sajikan pun, budaya orang melayu kampung. Dan dalam buku ini, bagaimana budaya mereka berkaitan dengan kopi. Dan di sinilah, keunikan lain dari bersastra penulis fenomenal ini ditunjukkan. Andrea, secara detail menyajikan budaya minum kopi orang Melayu, yang seolah ini menjadi ritual kemasyarakatan mereka. Bagi orang Melayu, minum kopi di warung kopi adalah cara terpenting mereka saling berintraksi dengan sesamanya. Di sinilah, mereka saling bertukar cerita, informasi terbaru, dari mulai politik, ekonomi, budaya, sampai adu besar mulut. Mereka tahu belaka, jika sudah adu besar mulut, itu apa yang disampikan pasti bohong, namun kebohongan itu, bagi mereka menjadi semacam hiburan, mungkin penyantai tegang saraf dari beratnya kemiskinan.

Selain budaya kopi, dengan piawai Andrea pun memaknai setiap perilaku para peminum kopi itu. Jiwa seorang yang minum kopi dengan memegang telinga cangkir, berbeda dengan orang yang minum dengan memegang tubuh cangkir. Seorang peminum kopi dengan seruput demi seruput beda karakter peminum kopi langsung teguk. Begitu detail, begitu teliti, Andrea menyajikan budaya minum kopi bersama segala perilaku seputar itu, tak ubahnya seorang ilmiawan menyajikan jurnal hasil penlitian. Keunikan inilah yang menjadikan karya Andrea selalu beda, sampai-sampai, sebuah komentar dari Ahmad Syafi'i Maarif, menyebutkan, jika tulisan Andrea punya kekayaan para setiap paragrafnya.

Sebenarnya tulisan ini membosankan, apalagi jika dibandingkan novel "Cinta di Dalam Gelas", karenanya, tak usah lagi berpanjang kata, lebih baik, langsung saja Anda ambil e-booknya DI SINI.

Related Posts:

Download Gratis Buku Novel Padang Bulan

Andrea Hirata selalu tak terduga...sejak Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, terus-menerus menyajikan gaya baru, sampai akhirnya Maryamah Karpov, kembali Andrea beraksi dengan strategi cerita barunya. Dia menyajikan ironi, menjebak pembaca di awal kisah, menggiring pembaca dengan sangkaan Ikal bakal mendapatkan kebahagiaan. "Dibungkus Nilam, di Atas Nampan Pualam", itu bunyi bab pertamanya, buat menggambarkan Andrea Hirata dan ayahnya, sebagai orang-orang, yang menjunjung tinggi nasihat orang tua, menghargai, dan menempatkannya pada tempat yang mulia. Dia dan keluarganya, bukanlah orang-orang pelanggar, bukan tipe pemberontak, maka itulah sebabnya, dia dan ayahnya bukanlah orang-orang yang pantas mendapatkan kemalangan. Maka jikalau ada orang tersungkur ke sumur, terjebak di sana tujuh hari tujuh malam di sana, tanpa ada yang menolong, maka pastilah, itu bukan dia dan ayahnya. Atau misalnya da pohon tumbang, menimpa rumah, kemudian menimpa seorang yang sedang nonton tv hitam putih, maka bisa dipastikan, orang itu bukan dia dan bukan pula ayahnya. Intinya Andrea meyakinkan pembaca bahwa sang tokoh utama dalam kisah ini, akan mendapatkan keberuntungan dan selamat dari kerugian.

Akan tetapi bagaimana nyatanya, baru beberapa bab lewat, segala persangkaan yang dibangun pada awal cerita langsung terbantah. Sang ayah, rupanya mendapatkan kemalangan, janji pengangkatan jabatan dan gaji dalam surat dari PN Timah, rupanya surat yang salah kirim. Si Ayah sudah bersafari datang ke tempat undangan, ternyata hanya berujung permintaan maaf dari panitia. Demikian juga dengan Ikal, saya kira, selepas studinya di luar negeri, dia akan kembali ke tanah air dan mendapatkan pekerjaan membahagiakan, namun tidak. Ikal pulang ke kampung, dan terpuruk di sana sebagai bujangan lapuk. Yang beruntung malah si Arai sang pemimpi itu, berhasil menikahi gadis dambaannya sejak SMA, yaitu Zakiyah Nurmala dan memboyong istrinya itu ke luar negeri, 

Sedang kisah cinta Ikal kepada A Ling, berlagsung penuh derita. Setelah berbilang bulan, dia mencari belahan hatinya itu, Ikal mendapatkan berita, jika A Ling terjebak di sebuah pulau, maka demi cinta, ikal berusaha mencari uang sampai kulitnya rusak kehitaman, lalu membangun perahu kuat dengan susah payah supaya bisa melaut menjemput A Ling, namun setelah A Ling berhasil dia bawa pulang, dan mendapatkan lampu hijau dari A Ling untuk dia nikahi, ternyata Ikal tak sanggup mendobrak tembok keras prinsip sang ayah, yang sangat tak mau, anaknya menikah dengan wanita Hokian, atau keturunan China karena beda agama. Demikian kisah Maryamah Karpov--buku keempat dari Tentralogi Laskar Pelangi ini tuntas.

Namun setamat itu, sepadang tanya masih tersisa, sesungguhnya, bagaimana kelanjutan kisah cinta Ikal dan A Ling...setelah keduanya bertemu di Padang Ilalang, dan A Ling duduk menggenggam daun ilalang, meremasnya hingga berdarah, setelah mendengar penuturan Ikal, tentang restu sang ayah yang tidak dia dapatkan, seperti apakah kisah berikutnya....?

Mudah-mudahan Dwilogi Padang Bulan bisa menjawab rasa penasaran Anda. Terdiri menjadi dua seri. Pertama, Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Dan seperti karya-karya Andrea sebelumnya, dua novel dalam satu buku ini pun, kembali akan memanjakan Anda dengan sajian-sajian sastra, teknik mengudai cerita, keindahan tutur kata, dan kekayaan budaya, yang di sana sininya bertabur humor khas Andrea. 

Diantara Anda mungkin pernah membaca buku ini. Mungkin pinjaman dari teman, kemudian, karena karya Andrea mengandung nilai sastra, maka Anda ingin kembali membacanya. Anda berpikir untuk membeli, akan tetapi, tatkalah merongoh kocek, yang ada cuma dompet kosong, padahal begitu ingin mendapatkan novel ini. Tenang saja, sebentar lagi ini novel akan menjadi milik Anda. Caranya, cukup dengan download novel ini  DI SINI

Dan ini novel terusanya, CINTA DI DALAM GELAS

Related Posts:

Nyanyian Kafilah: Buku Indah Kiriman dari Seberang



Busyet
Ya ampun
Astaghfirullah....
Ini buku datang dari Jambi.
Tanah Jambi itu bukan jarak dekat.
Dari Ciamis ini, Jawa Barat, menempuh jarak ratusan kilometer, menyeberang lautan, kemudian, jauh lagi mengarungi pulau Andalas atau Sumatera, dan entah berapa ratus kilometer lagi untuk sampai ke sana. Luar biasa, mengingat informasi pengiriman ini baru datang beberapa hari lalu.

Dan masya Allah, sebagaimana kepada buku lainnya
Kepada buku ini pun jatuh cinta lagi
Setelah saya buka jaketnya, berupa bungkus kado yang bertuliskan alamat tujuan dan alamat pengirim buku ini, saya dapati dalamnya masih bersegel. Saya usap segel itu, terasa halus dan kencang, sekencang pipi permaisuri Raja Parsi yang baru dia nikahi, lembab nan terawat, menimbulkan suasana aduhai saat mengusapnya.

Menatap sampulnya, '
Ah menyegarkan, hijau tua kegelapan
Bersulamkan nuansa alam, yang menjadi background seorang pria tengah berjalan di tengah rerumputan, berteduhkan rerimbunan dedaun pohon-pohon hutan.
Cantik nian buku ini,
Dan sebagai pria mata keranjang,
Seketika aku langsung sayang, dan rasa sayang ini,
Tanpa mau menunda, ingin langsung saya ungkapkan...

Oh buku,
Jauh jalan kau tempuh
Mari kusambut, dan, karena kau sudah jadi milikku, sebagaimana seorang gadis yang sudah jadi milik suaminya, maka artinya, dikau sudah halal jika pakaianmu kubuka...
Yang tenang ya,
Akan kusobek perlahan segelmu
Supaya kamu, seutuhnya benar-benar menjadi milikku.
Dan, sebagaimana seorang gadis yang sudah diperistri
Memberinya pakaian adalah kewajiban suami, dan begitulah kewajiban saya terhadap kamu sepertinya
Saya pun harus memberimu sampul. Tunggu sebentar ya, saya cari dulu plastiknya.
Nah, ini dia, pakailah...tuh lihat, baru saya pakaikan setengahnya, kalu sudah berkilauan
Terlebih jika sempurna...tapi adzan Ashar, tunggu lagi ya
Saya shalat dulu, setelah shalat nanti, dan sampul sempurna menutupi jilidmu, kita bersenang-senang
Aku memasuki alammu, kamu memasuki alamku
Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku
Kamu, aku, kita
Begitu kata sahabatku di curcol.com
Dan benar saja, batinmu luar biasa, baru sampai mata ini ke halaman ketiga, sudah tersaji keindahan sabda-sabda cinta.
Diani Noer Cahya, siapa sesungguhnya dia, namun halaman ketiga, menyebut wanita ini telah menjadi almarhumah. Kalau begitu, semoga Allah menyiramkan kemuliaan ke atas kuburannya, atas kata-kata dia yang sangat inda tanda cinta kepada-Nya: "Aku harus melakukan sesuatu, menulis puisi yang selama ini belum pernah ditulis di dunia. Aku akan menulis puisi paling indah untuk Allah."

Sebenarnya, Diani Noer Cahya itu siapa sih?
Cepat saya buka ke bagian halaman tengahnya, namun tak juga tersua
Langsung saja saya tanyakan langsung kepada salah satu penulis dalam buku ini, Zha Falina
Siapa sebenarnya dia
"Salah satu admin di grup facebook" jawabnya.
Oh, hanya itu respon hatiku
Dan ah memang indah luar biasa
Diani Noer Cahya ini dengan puisi dua barisnya
Hati dan lisan bersyahadat, menjingkati tujuh langit-Mu
Kulintasi garis-garis waktu, kepada fitrah aku menuju...rotasi tasbih seisi bumi, melisan do'a-do'a, melangit...
Aduh
Nyanyian Kafilah bukuku
Berjalan menyusuri belantaramu
Aku terus-menerus, dibawa pada keindahan sujud
Sujudnya kata-kata, dan tunduknya mereka, saat dituntun, supaya memikul setumpuk besar beban cinta nan besar kepada-Nya.....beban kerinduan yang sangat, yang dalam, yang asing namun kenal, yang rendah namun tinggi, yang gelap namun terang, yang tiada pembeda sanggup membahasannya dan tiada pemisah sanggup meleraikannya, membuatku gila, hilang kesadaran, tenggelam ke alam bawah sadar, merasakan kesejukan di sana, lalu kata-kata, tak jelas mengungkapkan apa, seperti apa yang baru saja saya tulis.
Wahai mawar di tengah rimbun perdu, tikamlah kumbang dengan durimu, karena tikamanmu, karena tikamanmu sangat dirindukannya, tikaman yang mungkin saja membuat dia mati, namun baginya itu kematian membahagiakan disebabkan itulah hasrat sepanjang hidupnya.

Wahai
Nyanyian Kafilah bukuku
Hal lain yang membuatmu indah adalah
Esai Sastra, bahasan kepada puisi-puisi nuansa sufistik itu
Itulah yang selama ini saya rindukan, dan tak pernah surut sejak dulu
Sejak esai-esai Majalah Sastra Horizon, hingga esai-esai di koran Minggu
Dan kini dengan esai itu, kembali saya bertemu, di dalammu, 
Ah bukuku
Kamu membuatku mabuk
Sudahlah buku, menulis tentangmu takkan pernah berujung
Kututup dulu kamu, saya belum makan, nanti kembali kita bertemu

Related Posts: