Anda pencinta buku, saya yakin, sebagian besar Anda tahu 7 Habits Of Heagly Efektif People. Itu buku motivasi. Bestseller Internasional. Sebuah pujian menyebutkan, ditakdirkan menjadi buku terbaik tentang kepempimpinan abad 21. Isinya sampai sekarang, tak henti jadi rujukan, sumber inspirasi pada penulis, bahkan banyak para penulis muslim, merujuk buku 7 Habits, dan mengutip buat penyusunan bukunya. Steven R. Covey, penulis buku ini, punya pengaruh luar biasa. Saat datang ke Indonesia dan menyampaikan ceramah, selama dua ratus menit dengan Bahasa Inggris, hadirin dengan setia menyimaknya sampai selesai. Beliau memang berkharisma, pancaran kesungguhan dia dan ketekunannya selama bertahun-tahun, membaca, merenungkan, dan menyusun formula terbaik buat kepemimpinan pribadi. Dalam buku 7 Habits Of Heagly Efektif People disebutan 7 kebiasaan manusia paling efektif, dan ketujuh kebiasaan itu adalah:
Menjadi proaktif
Memulai dari akhir dalam pikiran
Dahuluka apa yang harus didahulukan
Berpikir menang-menang
Berpikir menang-menang
Berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti
Sinergi
Mengasah gergaji.
Mengasah gergaji.
Para pelaku multilevel marketing, banyak memanfaatkan buku ini buat materi pelatihan. Banyak juga para penulis muda Indonesia, menjadikan 7 kebiasaan itu sebagai dasar pemikirannya. Misalnya buku Didik Hermawan yang berjudul "Menunda Pacara Bikin Kamu Ngetop Abis."
Buku yang luar biasa, dan melegenda. Kisah-kisah di dalamnya mengena. Tidak mubadzir, dan Covey memanfaatkan setiap cerita buat jadi bahan renungan sedalam-dalamnya, bahkan dari cerita ringan seperti pengalaman nonton dia dengan salah satu anaknya, dia jadikan cerita efektif buat memahami konsep "Berusaha Mengerti Lebih Dahulu Kemudian Dimengerti."
Saya kira, itu buku masterpiece Steven Covey, dan takkan lagi mengarang buku lagi setelahnya. Rupanya tidak, dia menemukan lagi konsep ke delapan. Satu konsep yang menurutnya, dengan cara itu, seorang manusia akan melampaui efektifitas dan menggapai keagungan. Jilid buku ini putih, dan ketika saya menemukannya di rak toko buku, saya sangat penasaran. Sebuah pertanyaan besar tergurat di kepala saya: Jadi apa itu kebiasan ke-8? Bagaimana bisa, kebiasaan itu bisa membuat seseorang menggapai keagungan? Namun melihat tebalnya buku, otak cepat menyimpulkan, saku saya tak bisa bicara. Ini buku mahal.
Saya kira Anda pun begitu, pernah menemukannya di toko, dan tertarik membeli, akan tetapi, karena mahal, keinginan Anda tertahan. Baiklah jika penasaran, ini saya kutipkan sekedar pengantarnya:
Saya kira, itu buku masterpiece Steven Covey, dan takkan lagi mengarang buku lagi setelahnya. Rupanya tidak, dia menemukan lagi konsep ke delapan. Satu konsep yang menurutnya, dengan cara itu, seorang manusia akan melampaui efektifitas dan menggapai keagungan. Jilid buku ini putih, dan ketika saya menemukannya di rak toko buku, saya sangat penasaran. Sebuah pertanyaan besar tergurat di kepala saya: Jadi apa itu kebiasan ke-8? Bagaimana bisa, kebiasaan itu bisa membuat seseorang menggapai keagungan? Namun melihat tebalnya buku, otak cepat menyimpulkan, saku saya tak bisa bicara. Ini buku mahal.
Saya kira Anda pun begitu, pernah menemukannya di toko, dan tertarik membeli, akan tetapi, karena mahal, keinginan Anda tertahan. Baiklah jika penasaran, ini saya kutipkan sekedar pengantarnya:
DENGARKAN SUARA-SUARA BERIKUT:
"Aku terperangkap dalam rutinitas yang menjemukan!"
"Aku tak punya kehidupan. Tenagaku habis—capek sekali!"
"Tak seorang pun menghargaiku. Bosku tak tabu apa sesungguhnya
yang bisa kuperbuat!"
Aku merasa tak diperlukan—di tempat kerja, tidak; oleh anak-anakku
yang mulai remaja dan dewasa pun tidak; tak juga oleh tetangga dan
masyarakat sekitarku; bahkan tak juga oleh pasangan hidupku—kecuali
untuk membayar berbagai tagihan!"
Aku frustrasi dan loyo, tak bersemangat."
"Penghasilanku tak pernah cukup. Rasanya aku tidak pernah bergerak
maju!"
"Sepertinya aku memang tak bisa."
Aku merasa tak berarti; ada atau tidak, rasanya tak ada bedanya
bagi sekelilingku!"
Aku merasa hampa. Hidupku tidak bermakna; ada sesuatu yang hilang!"
Aku marah. Aku takut. Aku tak sanggup menanggung kehilangan
pekerjaanku!"
Aku kesepian."
ITULAH SUARA ORANG-ORANG di tempat kerja maupun di
rumah mereka—yaitu suara berjuta-juta orangtua, pekerja, penyedia
jasa, manajer, kaum profesional, dan eksekutif di seluruh dunia,
yang berjuang untuk hidup dalam zaman baru ini. Deritanya bersifat
pribadi, dan amat mendalam. Mungkin beberapa ungkapan itu persis
seperti yang Anda alami sendiri. Sebagaimana pernah dikatakan
oleh Carl Rogers, "Sesuatu yang amat pribadi (biasanya) juga sangat
umum."
Tentu saja beberapa orang benar-benar terlibat, memberikan
sumbangan nyata, dan penuh semangat di tempat kerja mereka...
tetapi terlalu sedikit orang yang begitu. Saya sering bertanya kepada
banyak orang, "Seberapa banyak di antara Anda yang setuju bahwa
mayoritas orang di tempat kerja di dalam organisasi Anda memiliki
jauh lebih banyak bakat, kecerdasan, kemampuan, dan kreativitas
yang diperlukan, atau bahkan dimungkinkan, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada sekarang?" Mayoritas mengangkat tangan
mereka, dan ini berlaku pada banyak kelompok di seluruh dunia.
Kurang lebih persentase yang sama menyatakan bahwa mereka
mendapat tekanan luar biasa untuk menghasilkan lebih banyak,
demi imbalan yang lebih kecil. Coba pikirkan hal itu. Orang-orang
menghadapi ekspektasi baru yang lebih tinggi, untuk memproduksi
lebih banyak, demi imbalan yang semakin sedikit, dalam dunia
yang amat sangat kompleks, dan mereka tidak dimungkinkan untuk
memanfaatkan bakat dan kecerdasan mereka dalam porsi yang
signifikan.
Di dalam organisasi, derita seperti itu nyata sekali dalam ketidakmampuan
mereka untuk berfokus pada dan melaksanakan
prioritas-prioritas tertinggi mereka. Dengan memanfaatkan apa yang
kami sebut Kuesioner xQ (Execution Quotient, Kecerdasan
Pelaksanaan),* Harris Interactive, organisator jajak pendapat yang
dinamai Harris Poll, belum lama ini melakukan jajak pendapat
terhadap 23.000 penduduk Amerika, yang secara penuh waktu
bekerja di berbagai industri penting dan area fungsional penting. Coba
simak sebagian kecil dari temuan mereka yang mencengangkan:
• Hanya 37 persen yang mengatakan bahwa mereka memiliki
pemahaman yang jelas mengenai apa yang sebenarnya hendak
dicapai oleh organisasi mereka, dan alasannya.
• Hanya 1 dari 5 yang merasa antusias mengenai tujuan tim dan
organisasi mereka.
• Hanya 1 dari 5 pekerja yang mengatakan bahwa mereka melihat
hubungan yang jelas antara tugas-tugas mereka dan tujuan tim
maupun organisasi mereka.
• Hanya setengah dari mereka yang merasa puas dengan pekerjaan
yang telah mereka selesaikan pada akhir minggu.
• Hanya 15 persen yang merasa bahwa organisasi mereka sepenuhnya
memungkinkan mereka untuk mengejar tujuan-tujuan
kunci.
• Hanya 15 persen yang merasa bahwa mereka bekerja dalam
suatu lingkungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.
• Hanya 17 persen yang merasa bahwa organisasi mereka mendorong
komunikasi terbuka yang menghormati gagasan yang
berbeda, yang semuanya bermuara pada terciptanya gagasangagasan
yang baru dan lebih baik.
Mau baca lebih banyak?
Download saja buku PDF-nya DI SINI
Mau baca lebih banyak?
Download saja buku PDF-nya DI SINI
0 Response to "Download Gratis Buku The 8th Habit"
Post a Comment