Download Gratis Buku Novel Kimya Sang Putri Rumi

Bagaimana pun gencarnya serangan kepada kaum sufi, dan sahsyatnya kritikan kepada mereka, perihidup dan keseharian mereka tetap indah buat dikenang. Itu karena, tidak semua mereka melenceng ke persimpangan sesat, ada pula di antara mereka, yang menjadi salikin, atau menempuh jalan menuju Allah, sesuai dengan petunjuk yang dituturkan kitab suci, dengan cara-cara yang dicontohkan oleh Nabi. 

Lalu bagaimana jalan yang ditempuh Jalaluddin Rumi? Sesuaikah dia dengan apa yang dicontohkan Nabi?

Jawaban persisnya saya tidak tahu. 

Namun dari beberapa riwayat, yang menukilkan kehidupan beliau, Rumi adalah, seorang pencinta kedamaian. Impian besarnya adalah, membangun cinta dan kasih sayang, diantara sesama manusia, tanpa harus memandang ini siapa dan itu siapa. 

Suatu ketika, di sebuah tikungan, Jalaluddin Rumi lewat, dan tampak olehnya, dua orang bertengkar, saling mengejek, saling merendahkan, saling menyalahkan, saling menjatuhkan. Maka Jalaluddin Rumi mendekati mereka, dan dengan sedih namun bertenaga, dia berkata: 

"Kalian memuaskan diri dengan saling menghina, kalau begitu, gantilah sasarannya, inilah saya, hinalah oleh kalian habis-habisan, dan diantara kalian, lebih baik berkasih sayang." Kalau tidak salah, begitu yang Rumi katakan kepada mereka. Kata-kata persisnya saya sudah lupa. Ini saya baca dari buku  100 Tokoh Muslim Terkemuka, waktu masih sekolah dulu, sepuluh tahun lebih yang lalu.

Samar-samar, masih saya ingat satu syairnya yang sangat menyentuh: "Sekian lama aku teriak-teriak memanggil nama-Mu, sambil terus-menerus mengetuk pintu rumah-Mu. Tatkala pintu itu terbuka, aku pun terhenyak dan mulai menyadari, sesungguhnya selama ini aku telah mengetuk pintu dari dalam rumahku sendiri."

Kehidupan yang sangat indah, syair-syair yang sangat indah, itulah yang akan kita temukan saat mengikuti kehidupan para sufi. Saya sendiri, rasanya ingin membaca buku kehidupan Rumi secara utuh, namun buku yang ada, hanya buku kisah sekitar orang-orang di sekelilingnya. Antara lain buku ini, Kimya Sang Putri Rumi. Berkisah seputar kehidupan salah satu anak angkat Jalaluddin Rumi bernama Kimya, yang juga, menempuh kehidupan sebagaimana ayah angkatnya, dari pekat lumpur kehidupan yang penuh kebingungan, kepada jalan lurus dalam batinnya, jalan lurus menuju kehidupan spiritual dan cinta. 

Tanpa harus berpanjang kata, sekarang juga, buku ini berhak menjadi milik Anda. Dengan gratis, silakan, download DI SINI

Related Posts:

Mengapa Buku Ke-orangtua-an Sangat Anda Butuhkan?

Baik Anda sudah punya anak
Atau masih menjadi pasangan yang merencanakan punya anak
Atau masih remaja dan melamun punya anak
Atau masih menjadi pengkhayal bagaimana caranya punya anak
Anda sangat membutuhkan ilmu bagaimana caranya menjadi orang tua

Karenanya, buku tentang ke-orangtua-an seharusnya jadi teman
Buku semacam ini akan menemani Anda ngobrol
Tentang bagaimana caranya supaya diri Anda bisa mengurus anak
Tentang bagaimana caranya, supaya anak itu bisa Anda urus

Seperti buku "Jadi Ayah, Ternyata Asyik Juga" yang kini sedang saya baca
Buku ini, benar-benar menemani saya dalam memahami, bagaimana cara mempersiapkan diri menjadi seorang ayah. Buang dulu pikiran miring Anda bahwa dengan tulisan ini mau menawarkan buku. 
Bukan, 
Buku ini pinjaman dari perpustakaan, 
Dan buku ini tak ada pada koleksi buku jualan saya. 
Ini murni, menulis karena ingin berbagi.
Saya ingin berbagi, bagaimana caranya menyiapkan diri menjadi seorang ayah.
Bahwa persiapan menjadi seorang ayah, sudah harus dilakukan sejak pramenikah. 
Yaitu bagaimana cara memilih pasangan. 
Seorang calon ayah harus pandai memilih, wanita seperti apa yang akan dia jadikan teman mengurus anak nanti
Antara lain, sangat penting memilih pasangan  satu keyakinan.

"Bukan sekali-dua kali melihat suami istri yang berbeda keyakinan, berujung dengan perpisahan yang memilukan. Calon ayah mungkin akan dibingungkan dengan hal ini. Apalah keyakinan harus sama? Bagaimana jika calon ayah berbeda keyakinan dengan pasangan?" tulis Ayah Edy.

Menyenangkan juga membaca perbincangan cara memilih pasangan
Meski bagi saya bisa dibilang, membicarakan ini sudah terlambat, karena keburu menikah dan kini sudah menjadi pengantin basi, namun tetap, membaca bab tentang ini, masih terasa relevan, buat sedikit mengevaluasi diri, mengingat-ingat, bagaimana cara saya dulu memilih pasangan, atau jika seusai membaca buku ini, kemudian ada orang lain butuh sedikit ilmu yang saya dapatkan, kemungkinan dengan mudah saya bisa berbagi.

Saya pun serasa diajak ngobrol
Tentang sedikit cara buat mengatahu, keyakinan apa yang dianut pasangan
Ayah Edy merincinya menjadi empat sebab.
Pertama, siapa yang pertama kali dia dengar;
Kedua, siapa yang paling sering dia dengar;
Ketiga, siapa yang dia percaya;
Keempat, siapa yang cara penyampaiannya meyakinkan dan menyenangkan?

Nyaman membacawanya, wawasan pun bertambah
Apalagi Ayah Edy menyajikan bukunya dengan bahasa akrab, dekat, dan ramah

Bukan Ayah Edy, masih banyak buku lain tentang pendidikan anak yang saya suka
Yang ketika membacanya, saya seperti menemukan banyak hal, yang dalam keseharian sering mengalaminya, namun tidak tahu apa itu namanya, dan tak jarang saya temukan masalah yang membuat saya menyerah, namun setelah membaca buku-buku keorangtuaan seperti ini, saya temukan solusinya, dan solusinya itu sangat mudah.

Misalnya dulu pernah membaca buku "Bagaimana Cara Mendidik Anak Yang Suka Melawan Tanpa Harus Hilang Kesabaran.", membaca buku itu menjadikan saya tahu, sebenarnya anak yang suka melawan itu, menginginkan kemerdekaan, maka supaya dia merasa merdeka, maka ketika orang tua mau menerapkan sebuah aturan, kepada anak yang suka melawan semacam itu orang tua harus memberikan pilihan. 

"Ayo bagaimana mandinya, mau mamah mandikan, atau mau mandi sendiri?"

Related Posts:

Konflik Bukan Untuk Dihindari

Ilmu yang ada tak pernah cukup. Masih banyak ilmu pendidikan anak saya butuhkan. Rasa butuh inilah kiranya penyebab mengapa membaca buku-buku parenting selalu bergairah, dan ketika lewat rak perpustakaan melihat buku-buku semacam itu selalu tergoda mengambilnya.

Sekarang saya sedang membaca buku Ayah Edy. Judulnya "Jadi Ayah Baru, Ternyata Asyik Juga Ya"

Contohnya saja dalam menghadapi masalah. Kecenderungan saya, kepada masalah itu lebih suka menghindarinya. Jika terjadi masalah dengan seseorang, saya lebih suka pergi menjauhi orang itu. Ketika saya membaca tulisan Ayah Edy dalam bukunya "Jadi Ayah Baru", merasa diingatkan.

"Sebagian orang menyikapi konflik dengan menghindari lawan konfliknya. Contohnya jika bersilang pendapat dengan orang tua, malah mogok ketemu. Hubungan tidak direstui orang tua, malah kawin lari. Pertanyaannya, sampai kapan akan lari atau menghindar? Selama jita hidup di tengah masyarakat, pasti akan bertemu konflik. Jika setiap konflik dengan orang Anda menghindar bertemu dengan orang itu, lama-kelamaan Anda hidup seorang diri di tengah keramaian."


Related Posts:

4 Hal Yang Mempengaruhi Keyakinan Seseorang

Saya temukan lagi nih, buku bagus dari perpustakaan.
Judulnya, menjadi ayah baru,
Penulisnya, Ayah Edy
Praktisi pendidikan anak terkenal
Yang sering mengisi acara di radio Smart FM

Di sini Ayah Edy Menulis:
Pentingnya seseorang memilih pasangan yang satu keyakinan
Dan kemudian dibahas, empat hal yang bisa memengaruhi keyakinan sesorang

Empat hal yang mempengaruhi keyakinan seseorang antara lain
Pertama, siapa yang pertama dia dengar
Kedua, siapa yang paling sering dia dengar
Ketiga, siapa yang dia percaya
Keempat, siapa yang cara penyampaiannya meyakinkan dan menyenangkan

Related Posts:

Bagaimana Menulis di Tengah Segala Gangguan Menyebalkan?

Sebagai penggila baca tulis, seringnya saya ingin sendiri. Dalam kesendirian, ada ketenangan dan fokus, kepada buku yang saya baca atau tulisan yang saya garap. Akan tetapi tak bisa. Hidup tidak mungkin sendiri. Allah menciptakan orang lain, yang dari mereka, saya mendapatkan kebutuhan saya, dan karena itu, saya pun harus mau, memberikan kebutuhan mereka.

Demi kesendirian, saya sampai kabur dari rumah, pergi ke tepian sawah, sawah kering, dengan padi meranggas bak rambut tua bangka. Di sana sepi, tak ada siapa pun, selain satu dua orang lewat, kemudian, buku tebal nan menawan "Mereka Adalah Para Khalifah" itu saya buka dan baca, ditemani tiupan angin sore, hingga matahari, perlahan turun ke peraduannya. Kali lain saya sengaja, menterlambatkan diri pulang kantor, dan tetap diam, hingga sore, hanya karena ingin menyelesaikan cerpen yang saya garap, dan memang selesai.

Akan tetapi, tak selamanya bisa begitu. Saya butuh online, dan ini berarti, saya harus pulang, ke rumah kepala sekolah, karena di sini ada internet gratis. Dengan internet ini, saya bisa langsung menulis ke blog. Namun sudah resko, jika saya menulis di sini, harus mau terganggu dengan panggilan dari kepala sekolah buat mengerjakan ini itu. Seperti saat saya menggarap tulisan ini, dengan menuliskanya di postingan blog,  baru tiga paragraf mulai, sudah terdengar panggilan, dari Pak Wawan. 

Dia memang bertanya, apakah saya sibuk?
Saya jawab, tidak. Karena saya anggap, menulis ini bukan pekerjaan, tapi permainan.
Jadi, mana bisa beralasan sibuk dengan permainan
Dan saya menganggap menulis ini permainan, adalah proyeksi dari rasa pesimis, karena sampai sekarang, gila menulis ini belum menghasilkan.
Itulah sebabnya, saat Pak Wawan menyuruh saya membeli beras merah buat makan burung merpati
Tak bisa menolak, saya berangkat ke pasar
Sepulang dari pasar, saya kira pekerjaan tuntas. Tinggal berikan itu pakan burung kepada Pak Wawan, kemudian kembalian uang, dan setelah itu, saya bebas, bisa duduk santai lagi di depan layar, meneruskan tulisan terbengkalai.
Namun tidak, setiba saya kembali, Pak Wawan berintruksi kembali
Supaya beras merah itu, saya bawa ke belakang rumah
Memberikannya langsung ke burung
Dasar orang bodoh
Saya tak bisa menolak, ngeloyor saja ke belakang
Dan di sana, hadduh, ada-ada saja itu bahan kerjaan. Sebelum memberi makan burung, saya melihat piva saluran air lepas, air keluar terbuang. Jelas itu, mana mungkin saya biarkan
Jongkoklah dulu, membetulkan piva lepas itu
Dan ketika saya masukkan, lepas lagi di bagian lainnya
Jongkok ini saya loncatkan, menuju bagian lain itu, dan saya betulkan
Dan brall...air keluar lagi di bagian asal
Hhuaahhh,
Hahhhh!!!
Ada-ada saja ini kerjaan
Dan ketika saya masukkan beras meras ke kandang burung
Susahnya, rasanya minta ampun
Tempat makannya di atas keramba besi. Keramba itu besar, namun, hanya tangan saja yang bisa masuk ke sana. 
Dan usai memberi makan burung, saya kira semua tuntas, dan saya tinggal kembali ke blog, meneruskan tulisan tertunda, namun...saat kembali ke kantor, Pak Wawan sedang di sana, mencari motor murah di toko online.
Akibatnya tulisan ini pun tertunda
Saya garap Selasa siang, baru selesai sekarang, Rabu, setelah shalat Isya...

Begitulah gangguan yang saya alami
Saya ladeni saja gangguan itu, meski dengan hati dongkol dan perut kesal
Dan menulis, saya teruskan lagi setelah ada waktu, dan supaya, jiwa tulisan tidak terganggu dengan rintagan menyebalkan itu, buat saja rintangan itu menjadi bahan tulisan, seperti yang barusan saya praktikkan.

Related Posts:

Lebih Baik Jadi Orang Bodoh

Lebih baik jadi orang bodoh dari pada orang cerdas
Maaf saya ulangi, lebih baik menjadi orang yang merasa dirinya bodoh,
Daripada orang yang merasa dirinya cerdas
Dan saya aka tetap mengatakan itu
Meski para pengagung kecerdasan memamerkan sejuta argumen
Karena menjadi orang yang merasa dirinya bodoh, itu lebih membahagiakan daripada orang yang merasa dirinya cerdas.
Seorang yang merasa dirinya cerdas,
Akan selalu menanggung beban, mempertahankan citra cerdasnya
Karena kalau tidak, orang bisa mengepuknya dengan sebutan bodoh
Dan itu terkadang,
Malah semakin memperjelas kebodohan dirinya
Apalagi jika cerdas yang dia klaim itu
Sekedar pengakuan tanpa bukti
Sedang bagi orang bodoh, semua beban itu tak ada

Related Posts: