Download Gratis Buku Renungan Gede Prama



Dari kejadian apapun, mestinya kita keluar sebagai orang yang bijaksana. Rasanya, janggal sekali saya tuliskan ini. Mengingat, saya sendiri bukan seorang bijak. Selama ini, saya banyak baca buku kebijaksanaan, bicara kebijaksanaan, mengisahkan orang bijak, menulis kata-kata bijak, sedang saya sendiri, belum juga bisa menjadi orang bijak. Saya masih suka marah, mudah tersinggung, bingung, ragu, suka mengeluh, terkadang kasar, menyakiti orang dengan kata-kata, dan masih banyak keburukan lainnya.

Jadi sebenarnya, tak pantas saya menuliskan ini. Akan tetapi, persetan dengan segala kepantasan. Saya tetap akan menuliskannya dengan dalih, ini bukan menasihati orang. Saya menulis ini, cuma buat mengingatkan diri. Itulah sebabnya, ketika orang lain menulis motivasi dengan banyak menyebut Anda, saya lebih suka banyak menyebut "saya". Biar saja orang lain mengatai curhat.

Sekali lagi, dari apapun yang sedang saya jalani sekarang, saya harus keluar menjadi orang yang bijaksana. Misalnya sekarang saya hidup di sebuah lingkungan keluarga, yang sedang merintis pembangunan pesantren dan sekolah, kemudian berbagai tugas dibebankan kepada saya, mulai tugas membuat proposal, mengurus administrasi sekolah, mengurus tanaman, mungkin nanti mengurus kambing, maka yang saya cari dan nantikan bukanlah uang, karena memang, uang tak bisa saya harapkan. Dari semua itu saya hanya bisa berharap, setelahnya, semoga saya terlatih menjadi orang bijaksana. Semua itu adalah latihan.
Bagaimana menjadi lebih sabar
Bagaimana menahan diri dari amarah
Bagaimana saya bisa menahan diri dari mengatakan perkataan-perkataan menyakitkan orang lain.
Bagaimana saya mengolah batin saya agar yang selalu saya ingat adalah menolong dan menolong, dan bukan mengharapkan pertolongan dari mereka.

Hidup di bawah perintah orang demikian juga. Ini adalah sarana melatih diri, sehingga setelah keluar dari sana, saya hidup sebagai orang bijaksana. Inilah kesempatan berlatih bagi saya, bagaimana ikhlash menjalani apapun tugas. Atau kalau tak sanggup, bagaimana berani jujur mengatakan tidak. Dan jika ternyata mendapatkan respon kurang menyenangkan, bagaimana respon itu saya terima dengan bahagia.

Atau saat mengasuh anak, yang kemudian anak itu menangis, menjadi rewel, membuat saya jengkel dan ingin marah, maka segala tingkahnya itu, latihan tersendiri bagi saya, supaya setelahnya, saya menjadi pribadi bermental kuat. Seperti saat latihan bela diri. Dulu. Untuk menjadi kuat, saya harus cape, harus mau dipukul, dibanting, mendaki gunung, kepanasan, kehujanan. Dan memang setelahnya, menyegarkan juga.

Hal uni saya pelajari dari seorag Ajahn Brahm. Apa yang dijalaninya selama di hutan pedalaman Thailand, adalah caranya berupaya menjadi orang bijasana. Sejak nyamuknya yang ganas, berbakti kepada guru, membasuh kakinya, membangun wihara, hingga berbagai sakit yang dialaminya, semua itu mencetaknya menjadi seorang guru bijaksana. Tergambar dari gaya berpikir dan tulisannya, yang jernih dan enak dibaca, seperti bisa Anda nikmati di buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. 

Indonesia juga sebenarnya punya guru demikian. Yang saya tahu adalah Gede Prama. Yang mencetak dia hingga seperti sekarang adalah, berbagai kesakitan dan penderitaan yang pernah dialaminya. Dari berbagai masalah dan penderitaan itu dia keluar, dan sekarang, dengan bahasa dan kata-katany yang sederhana, dia menginpirasi banyak orang dengan berbagai tulisan dan ceramahnya.

Gambar postingan blog saya memperlihatkan cover buku Gede Prama, namun yang saya bagikan bukan buku itu. Buku lain, e-book Pdf, tapi tak kalah kerennya. Kalau Anda mau, download saja DI SINI

Related Posts:

Download Gratis Novel Sang Alkemis


Terjual lebih dari lima puluh juta eksemplar, itu dulu. Sekarang, mungkin sudah lebih dari seratus juta eksemplar. Laris terjual ke seluruh dunia. Menjadi bacaan favorit, yang nyaris setiap kalimatnya bisa menjadi bahan renungan. Pertma saya temukan potongan novelnya di buku Bahasa dan Sastra Indonesia. Waktu itu saya masih mengajar di SMA, mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karena sangat terkesan, saya terangkan panjang lebar, renungan setiap kalimat dari potongan novel itu kepada anak-anak. Misalnya ketika membaca kisah si bocah, meski sudah kehilangan domba-dombanya, dia tetap bahagia, karena, dia masih punya keyakinan. Atau saat Santiago melangkah dengan perlahan. Langkah perlahannya itu entah mengapa, bagi saya sangat berkesan. Karena langkah perlahan, berarti memberi kesempatan kepada pikiran buat menangkap kesan, renungan, dan hikmah dari apa saja yang tertangkap indra.

Atau saat buku ini menceritakan dua orang asing yang berbicara, dengan bahasa berbeda, namun mereka saling mengerti, sebuah renungan juga diberikan, bahwa, di dunia ini, sesungguhnya ada bahasa, yang tidak tergantung kepada kata-kata, dan Santiago si bocah, sering menggunakan bahasa itu saat dia berinteraksi dengan domba-domba. Renungan lainnya saya petik, dari kenyataan bahwa perdagangan, tak selamanya ramai. Karena itulah maka orang yang senangnya berbangga, dalam masa yang lama kebangaannya itu akan menjadi kelucuan tak disangka. Seperti penjual permata yang di masa lalu ramai dibanjiri pengunjung, namun kini, permata dan semua barang kebanggaanya menjadi berdebu, karena sudah jarag orang lewat di sana.

Ini novel memang luar biasa. Bagi Anda pencin novel pop, dengan alur cepat dan seru, novel ini memang kurang cocok. Namun jika Anda pencinta sastra, dengan kalimat-kalimat sederhana namun mendalam penuh renunga, saya kira Anda takkan pernah merasa cukup dengan sekali baca. Namun yang luar biasa, banyak pencinta novel ini dari kalangan remaja. Dulu, awal saya mengenal facebook, langsung berkenalan dengan seorang remaja, yang penulis favoritnya adalah Paulo Coelho, penulis novel ini. Fenomenal memang, sampai-sampai karena novel ini, Coelho, olah para penulis pencintanya, sering disebut Sang Alkemis Kata-kata.

Dulu sangat ingin saya membaca novel ini. Saking inginnya, sampai-sampai saya terus mencarinya di internet. Namun, yang saya temukan cuma potongan-potongan catatan Paulo Coelho. Saya copas tulisan itu, print out, dan saya baca berulang-ulang, hingga beberapa bagian tulisan itu cukup saya hafal, terutama bagian renungan tentang sungai. Saking terkesannya dengan renungan sungai itu, sering saya sampaikan kepada siapa saja, termasuk kepada anak-anak saat mengajar di kelas.

Ah, terlalu berpanjang kata. Tak berguna. Lebih baik segera saja Anda download bukunya DI SINI.

Related Posts: