Menjadi Kekasih Allah dengan Ngurus Kambing

Menjadi kekasih Allah, bukan hanya dengan diam di mesjid, dzikir dan mengaji. Menjadi orang taat beragama, juga adalah dengan kerja, terjun ke dalam kesibukan dunia, untuk memakmurkannya, misalnya mengurus kambing. 

Saya menulis ini buat memotivasi diri saya sendiri, karena sekarang, sedang membuat kandang kambing. Apa yang direncanakan semalam, hari ini saya praktikkan. Dibantu Mang Unar, seorang pria berpewakan kecil tinggi, saya mendirikan kandang kambing itu. Mang Unar bagian pertukangannya, dan saya bagian disuruh-suruh. Maka mengangkut kayu dari saung kayu ke pinggir kolam menjadi tugas saya. Jalan yang harus saya lalui dalam mengantar kayu itu berliku, mengitari sebuah rumah tetangga, menuruni sebuah tangga tanah, mengitari pematang kolam, melintasi selokan, pematang, sawah, menyeberangi selokan lagi, dan barulah sampai. Akan tetapi sebenarnya jarak bisa lebih dekat, jika kayu itu saya lempar saja ke jurang di samping rumah, sebab dengan cara itu, si kayu langsung sampai ke lokasi pembuatan kandang. Dan itulah yang saya lakukan, si kayu saya lemparkan saja, maka pengantaran menjadi lebih cepat dibanding jika saya antar melalui jalan tadi. Hingga kemudian saya mengantarkan balok kayu besar bekas membuat merangkai beton. Tahu sendiri kayu itu banyak besi betonnnya, bertancapan, buat melipat cincin besi baja beton yang akan dianyam. Saya pikul dan bawa ke tepi jurang. Setelah mantap untuk dilemparkan, saya tolak kayu itu keras-keras ke depan, namun tak tahunya, di atas saya ada tambang tali jemuran. Bukannya jatuh, kayu itu malah tertahan tambang jemuran itu, lalu menggebuk belakang telinga saya dan punggung telapak tangan. 

"Bukkk"

Berdarah.

Beres itu, tugas saya lainnya adalah menimbun kolam dengan tanah. Ada-ada saja, bukannya di tempat yang sudah disediakan, mendirikan kandang itu ternyata harus di kolam kering, dan kolam itu harus lebih dahulu ditimbun. Tugas siapakah menimbunnya?

Saya.

Rasanya dalam pekerjaan ini, sayalah yang paling lelah. Padahal sejatinya tidak. Semua orang lelah, yang diam maupun yang banyak gerak akan merasa lelah, kecuali orang yang gerak-geriknya mengarah kembali kepada Allah, sumber kedamaian setiap manusia.

Kembali, ketika saya menemukan kata kembali, saya teringat kepara seruling bambu. Suatu ketika seruling bambu ditiup, maka melengkinglah suaranya, mengalun menyedihkan isi batin, atau memubuat kita, merasa pulang ke desa, ke tengah pesawahan, misalnya suara seruling nyanyian sunda, ketika mendengarnya, biasanya kita merasa sedang duduk di saung sawah. Itu karena, kata orang bijak, suara seruling itu sesungguhnya adalah, lengking kerinduan kepada rumpun asalnya. Saat dia ditiup dan mengalunkan kerinduan kepada rumpun asalnya, maka terdenga begitu indah. Maka demikianlah saat seseorang telah menapak jalan kembali kepada Pencipta-Nya, maka saat itulah dia akan merasakan keindahan dan kedamaian dalam hidupnya.

Sebaliknya seringan dan senyaman apapun pekerjaan seseorang, selengkap apapun fasilitasnya, semisal dengan AC yang meniupkan bau wangi, jika dia tidak kembali kepada damai dan indahnya perjalanan kembali kepada Allah, maka dia tetap saja akan lelah. Lelah dengan rasa cemas, cemas usahanya mengalami kerugian, cemas ada orang dengki dan meruntuhkan, cemas barang-barangnya menjadi rusak dan hilang, cemas kepada anaknya di rumah, cemas jabatanya akan segera berakhir, cemas, cemas, dan masih banyak kecemasan lainnnya. Tetap saja lelah.

Jadi sekarang saya akan mengurus kambing, mestinya terus saya ingat, lelah atau nyamannya saya bekerja, sebetulnya bukan terdapat pada banyak tidaknya tenaga yang saya keluarkan, tetapi, terletak pada bagaimana saya menjalani pekerjaan mengurus kambing ini. Akankah ini saya jadikan sebuah perjalan kembali kepada Allah? Jika saya menjadikannya sarana perjalanan kembali kepada Allah,  menjalaninya dengan sabar, dengan ikhlash, dengan berdoa, dengan terus mengharapkan karunia-Nya pada usaha apapun yang saya lakukan, maka tak bisa tidak, kedamaian dan kebahagiaan akan tetap menjadi milik saya.

Jadi baiklah, akan saya jadikan mengurus kambing ini, sarana bagi saya, sebagai aplikasi keinginan saya, menjadi kekasih Allah.

Related Posts:

Download Buku Audio Dongeng Sejarah: Pamanahrasa.


Saya membaca novel ini dan merekamnya. Barangkali anda diantara Anda ingin sedikit menikmati novel sejarah ini dalam bentuk suara, sekarang saya sediakan di blog www.kangdana.com.

Pamanahrasa, demikian judul buku ini.
Pamanahrasa adalah nama seseorang, tapi, siapa sebenarnya Pamanahrasa?
Apakah dia sekedar tokoh fiktif?

Tidak. Pamanahrasa, adalah nama kecil seorang raja kami di masa lalu.

Kami Orang Sunda punya kebanggaan sejarah, yaitu Prabu Siliwangi. Begitu bangganya, hingga nama Siliwangi dijadikan nama ketentaraan wilayah kami, Jawa Barat. Tidak jauh dari kampung saya, ada monumen Panji Siliwangi, monumen peringata, waktu Tentara Siliwangi mati-matian membela benderanya, hingga selamat.

Kenangan panjang tentang Raja Siliwangi ini pertanda beliau seorang raja berkharisma dan sakti. Dilukiskan dengan harimau, karena dia seorang penakluk binatang buas ini. Jika orang lain berkendaraan dengan kuda, beliau, jika berangkat ke tempat yang jauh, harimaulah yang jadi andalannya. 

Waktu kanak-kanak hingga menjadi seorang pemuda, dia punya nama yang indah. Ayahanda beliau yang sangat mencintainya, memberinya nama Pamanahrasa. Satu nama indah nan megah menyiratkan bagaimana dan seperti apa pemiliknya. Siapa saja langsung mengerti, jika arti dari Pamanahrasa adalah Pemanah Rasa, seorang pria yang sanggup menaklukkan jiwa siapa pun yang bertemu dengannya, antara lain wanita.

Dan karena keindahannya inilah, Yoseph Iskandar menjadikan nama ini judul buku ketiganya: Pamanahrasa. Ini buku ketiga dari serial Perang Bubat, setelah sebelumnya buku kedua, yang berjudul Tanjeur Na Buritan Jaya di Buana. Bagi Anda pencinta kesundaan, dan ingin napak tilas lagi sejarah leluhurnya, ketiga buku ini layak Anda baca. Saya sendiri membacanya sampai tamat sambil merekamnya.

Jika Anda mah, ini rekaman buku "Pamanahrasa" saya bagikan untuk Anda. Silakan download saja DI SINI.

Related Posts:

Sejak usai shalat Shubuh
Perasaan saya sudah tak karuan
Teringat lagi kepada Pak SBY.

Ah sudahlah, tak perlu Anda tahu apa yang terjadi dengan perasaan saya
Dari anak-anak pun saya sembunyikan
Maka mimbar mesjid saya tinggalkan, dan bergegas ke kamar mandi, membuang cairan hidung yang mendadak berlelehan
Lalu kembali ke mesjid, dan duduk di belakang
Sambil menahan-nahan perasaan
Agar tenggorokan tercekat ini, agar wajah kian membasah ini
Tak perlu anak-anak tahu...


Tidak tahu kenapa, pagi ini saya teringat lagi kepada Pak SBY
Kali ini kepada puisi-puisinya
Ingin saya baca
Dan sambil membaca, saya bayangkan saya duduk di ruang tamunya
Sedangkan beliau, bersarung, berkemeja tangan pendek, bersyal, dan berkecamata
Duduk di seberang meja, tepat di depan saya
Memegang buku agenda, mulai menarik nafas, hendak membaca salah satu puisinya
Dan baru juga beliau baca judulnya, dengan suara berat khas seorang bapak...."Kasih dan Kehidupan"
Nafas saya sudah tersengal
Bangsat!
Mengapa begini cengengnya saya.
Saya menunduk, menangkupkan telapak tangan ke muka
Pak SBY bertanya, "Ada apa Dana?"
Saya tak bisa menjawab
Suara hilang
Terputus di kerongkongan
Nafas semakin sesak
"Ada apa Dana?" tanyanya lagi mengulang.
Setelah satu tarikan nafas berat, akhirnya saya menjawab, "Tidak Pak."
"Mengapa matamu basah Dana?"
"Oh, hehe, ini kelilipan Pak."
"Jadi bagaimana ini, teruskan tidak baca puisinya?"
"Teruskanlah Pak."


Dan saya duduk menyimak.
Sekata demi sekata pelan dia lisankan dengan suara beratnya
Tanpa tergesa, dan saya
Berusaha terlibat, jangan sampai kehilangan.

"Kasih dan Kehidupan"

Halusnya jari-jari lentik memetik gitar di halaman belakang ketika anggrek bulan tengah mekar
Merdunya tembang penyanyi tua dalam lantunan kasih dan getar rindu suka cita di masa silam
Ya, Rabbana teduh jiwaku dalam syukur ketika kau turunkan rahmat di kehidupan yang bening dan tulus
Meski hatiku terus berkelana di liku bukit medan kembara langkahku tak sesat, atau terjatuh di ngarai tandus tak bersahabat karena di balik cakrawala kulihat mentari pagi berdendang melambai menabur kasih dan cahaya kehidupan.

"Bagaimana menurutmu Dana?"
"Indah Pak"
Pak SBY hanya tersenyum.
Lalu kata saya, "Ada yang ingin saya sampaikan kepada Bapak."
"Iya Dana, sampaikan saja."
"Mudah-mudahan Bapak panjang umur Pak."
"Lalu?"
"Sudah Pak, itu saja. Saya mohon pamit."

Related Posts:

Download Gratis Novel Tengelamnya Kapal Van Der Wijk


Saya tidak tahu, ini ke berapa kalinya saya membagikan buku Tenggelamnya Kapal Ven Der Wijk. Kali pertama dulu laris, banya pengunjung blog berterima kasih, setelah mengambil/mendownload buku ini. Dulu laris, saya kira karena sedang ngetop-ngetopnya film ini di layar lebar. Sekarang, setelah pamor film itu redup, entahlah.

Tapi bagi saya, novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, masih jauh lebih berharga dari filmnya. Sambil bersantai menyandarkan punggung ke gulungan kasur, saya bisa menikmatinya. Sambil mencipta-cipta dalam bayangan, keindahan alam Minangkabau, ketika Zainudin berjalan di pematang sawah, menyapa seorang tua, kemudian gadis wajah mungil datang ke sana, mengantarkan makanan, malu-malu.....Hayati, awal pertemuan untuk sebuah kisah cintra tragis menyakitkan.

Entah kenapa, saya baca-baca, gaya bahasa Hamka, cenderung seenaknya, tapi terbcanya oleh saya, enak. Kalimatnya panjang-panjang, dan beberapa kalimat, terasa terlalu lebai dan banyak kata terbuang percuma. Namun sebagaimana novel itu tertulis sebelum Indonesia merdeka, begitu pula setelah Indonesia merdeka, susunan katanya tak pernah berubah, hingga sekarang, namun masih enak buat dibaca.

Anda tahu apa sebabnya? Saya juga tidak tahu.
Ini hanya mengira-ngira.
Mengapa karya Hamka seringkali menenggelamkan pembaca, adalah karena Hamka, mengarang dengan jiwa. Hamka melahirkan kata-kata dari jiwanya, sepenuh hatinya. Saat dia menuliskan nasib Zainudin, dia begitu terlibat dengan jiwa si tokoh. Ini seperti yang dia sendiri tuliskan dalam novel ini. Hamka menggambarkan bagaimana Zainudin saat mengarang. Jika malam telah larut, dan suasana menjadi sunyi, dikembalikannya segala kedukaan yang pernah dialaminya, maka bergulung-gulung kepedihan, semenjak pedih ditinggal ayah ibunya, pengusiran yang membuatnya terpisah dari Hayati buah hatinya, hingga mungkir janji Hayati yang membuatnya sampai jatuh sakit, dihamparkannya ke dalam karangan. 

Maka, jika dia melukiskan anak kehilangan ayah, dia lukiskan sesakit-sakitnya, hingga siapa pun membaca, akan merasakan jelas bagaimana sakitnya batin seorang anak kehilangan ayah, dan jika menulis tentag pengkhianatan, pembaca akan merasakan jelas kebencian orang yang mendapatkan pengkhianatan itu. Saya kira, Zainudin adalah pelukisan diri Hamka sendiri, sebagaimana Hamka melukiskan cara Zainudin mengarang, saya kira, dengan cara itu pula Hamka mengarang. Itulah sebab, sebagian sebab--menurut saya--yang menjadikan tulisan-tulisan Hamka senantiasa merendam jiwa. 

Sambil meneruskan kisah Zainudin dan segala dukalaranya, sempat Hamka paparkan pula, bagaimana jiwa seorang pengarang. Satu bab dia khususkan, judulnya "Jiwa Pengarang". Hamka jelaskan, bahwa seorang pengarang, melahirkan karyanya bukan dengan rumus, melainkan, dengan jiwanya. Seorang pengarang menulis, dan jiwanyalah yang membimbingnya menulis. Maka terkadang, tulisan seorang pengarang itu biasa-biasa saja, namun tertangkapnya oleh pembaca, indah luar biasa. Sebagian lain  menulis dengan bahasa sulit,  dan susah dimengerti, akan tetapi, tatkala tulisan itu dibaca orang, justru orang menikmati bahasa sulitnya.

Intinya tak ada cetakan khusus untuk membuat karangan bagus, sebab karangan bagus itu lahir dari jiwa, dan jiwa satu orang dengan orang lainnya, telah menjadi kodrat dari Allah, tercipta berbeda-beda, yang tentu saja semuanya, mempunyai keunikan dan ciri-ciri yang istimewa. 

Ini memang novel luar biasa. Punya banyak dimensi, dan saya sendiri rasakan, setiap kali mengulangnya, senantiasa, saya dapatkan banyak hal. 

Mau?

Download saja DI SINI

Related Posts:

Download Gratis Buku The 8th Habit



Anda pencinta buku, saya yakin, sebagian besar Anda tahu 7 Habits Of Heagly Efektif People. Itu buku motivasi. Bestseller Internasional. Sebuah pujian menyebutkan, ditakdirkan menjadi buku terbaik tentang kepempimpinan abad 21. Isinya sampai sekarang, tak henti jadi rujukan, sumber inspirasi pada penulis, bahkan banyak para penulis muslim, merujuk buku 7 Habits, dan mengutip buat penyusunan bukunya. Steven R. Covey, penulis buku ini, punya pengaruh luar biasa. Saat datang ke Indonesia dan menyampaikan ceramah, selama dua ratus menit dengan Bahasa Inggris, hadirin dengan setia menyimaknya sampai selesai. Beliau memang berkharisma, pancaran kesungguhan dia dan ketekunannya selama bertahun-tahun, membaca, merenungkan, dan menyusun formula terbaik buat kepemimpinan pribadi. Dalam buku 7 Habits Of Heagly Efektif People disebutan 7 kebiasaan manusia paling efektif, dan ketujuh kebiasaan itu adalah:

Menjadi proaktif 
Memulai dari akhir dalam pikiran
Dahuluka apa yang harus didahulukan
Berpikir menang-menang
Berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti
Sinergi
Mengasah gergaji.

Para pelaku multilevel marketing, banyak memanfaatkan buku ini buat materi pelatihan. Banyak juga para penulis muda Indonesia, menjadikan 7 kebiasaan itu sebagai dasar pemikirannya. Misalnya buku Didik Hermawan yang berjudul "Menunda Pacara Bikin Kamu Ngetop Abis."

Buku yang luar biasa, dan melegenda. Kisah-kisah di dalamnya mengena. Tidak mubadzir, dan Covey memanfaatkan setiap cerita buat jadi bahan renungan sedalam-dalamnya, bahkan dari cerita ringan seperti pengalaman nonton dia dengan salah satu anaknya, dia jadikan cerita efektif buat memahami konsep "Berusaha Mengerti Lebih Dahulu Kemudian Dimengerti."

Saya kira, itu buku masterpiece Steven Covey, dan takkan lagi mengarang buku lagi setelahnya. Rupanya tidak, dia menemukan lagi konsep ke delapan. Satu konsep yang menurutnya, dengan cara itu, seorang manusia akan melampaui efektifitas dan menggapai keagungan. Jilid buku ini putih, dan ketika saya menemukannya di rak toko buku, saya sangat penasaran. Sebuah pertanyaan besar tergurat di kepala saya: Jadi apa itu kebiasan ke-8? Bagaimana bisa, kebiasaan itu bisa membuat seseorang menggapai keagungan? Namun melihat tebalnya buku, otak cepat menyimpulkan, saku saya tak bisa bicara. Ini buku mahal.

Saya kira Anda pun begitu, pernah menemukannya di toko, dan tertarik membeli, akan tetapi, karena mahal, keinginan Anda tertahan. Baiklah jika penasaran, ini saya kutipkan sekedar pengantarnya:

DENGARKAN SUARA-SUARA BERIKUT: 

"Aku terperangkap dalam rutinitas yang menjemukan!"

"Aku tak punya kehidupan. Tenagaku habis—capek sekali!"

"Tak seorang pun menghargaiku. Bosku tak tabu apa sesungguhnya yang bisa kuperbuat!"

Aku merasa tak diperlukan—di tempat kerja, tidak; oleh anak-anakku yang mulai remaja dan dewasa pun tidak; tak juga oleh tetangga dan masyarakat sekitarku; bahkan tak juga oleh pasangan hidupku—kecuali untuk membayar berbagai tagihan!"

Aku frustrasi dan loyo, tak bersemangat."

"Penghasilanku tak pernah cukup. Rasanya aku tidak pernah bergerak maju!"

"Sepertinya aku memang tak bisa."

Aku merasa tak berarti; ada atau tidak, rasanya tak ada bedanya bagi sekelilingku!"

Aku merasa hampa. Hidupku tidak bermakna; ada sesuatu yang hilang!"

Aku marah. Aku takut. Aku tak sanggup menanggung kehilangan pekerjaanku!"

Aku kesepian."

ITULAH SUARA ORANG-ORANG di tempat kerja maupun di rumah mereka—yaitu suara berjuta-juta orangtua, pekerja, penyedia jasa, manajer, kaum profesional, dan eksekutif di seluruh dunia, yang berjuang untuk hidup dalam zaman baru ini. Deritanya bersifat pribadi, dan amat mendalam. Mungkin beberapa ungkapan itu persis seperti yang Anda alami sendiri. Sebagaimana pernah dikatakan oleh Carl Rogers, "Sesuatu yang amat pribadi (biasanya) juga sangat umum."

Tentu saja beberapa orang benar-benar terlibat, memberikan sumbangan nyata, dan penuh semangat di tempat kerja mereka... tetapi terlalu sedikit orang yang begitu. Saya sering bertanya kepada banyak orang, "Seberapa banyak di antara Anda yang setuju bahwa mayoritas orang di tempat kerja di dalam organisasi Anda memiliki jauh lebih banyak bakat, kecerdasan, kemampuan, dan kreativitas yang diperlukan, atau bahkan dimungkinkan, untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada sekarang?" Mayoritas mengangkat tangan mereka, dan ini berlaku pada banyak kelompok di seluruh dunia. Kurang lebih persentase yang sama menyatakan bahwa mereka mendapat tekanan luar biasa untuk menghasilkan lebih banyak, demi imbalan yang lebih kecil. Coba pikirkan hal itu. Orang-orang menghadapi ekspektasi baru yang lebih tinggi, untuk memproduksi lebih banyak, demi imbalan yang semakin sedikit, dalam dunia yang amat sangat kompleks, dan mereka tidak dimungkinkan untuk memanfaatkan bakat dan kecerdasan mereka dalam porsi yang signifikan.

Di dalam organisasi, derita seperti itu nyata sekali dalam ketidakmampuan mereka untuk berfokus pada dan melaksanakan prioritas-prioritas tertinggi mereka. Dengan memanfaatkan apa yang kami sebut Kuesioner xQ (Execution Quotient, Kecerdasan Pelaksanaan),* Harris Interactive, organisator jajak pendapat yang dinamai Harris Poll, belum lama ini melakukan jajak pendapat terhadap 23.000 penduduk Amerika, yang secara penuh waktu bekerja di berbagai industri penting dan area fungsional penting. Coba simak sebagian kecil dari temuan mereka yang mencengangkan:

• Hanya 37 persen yang mengatakan bahwa mereka memiliki pemahaman yang jelas mengenai apa yang sebenarnya hendak dicapai oleh organisasi mereka, dan alasannya.

• Hanya 1 dari 5 yang merasa antusias mengenai tujuan tim dan organisasi mereka.

• Hanya 1 dari 5 pekerja yang mengatakan bahwa mereka melihat hubungan yang jelas antara tugas-tugas mereka dan tujuan tim maupun organisasi mereka.

• Hanya setengah dari mereka yang merasa puas dengan pekerjaan yang telah mereka selesaikan pada akhir minggu.

• Hanya 15 persen yang merasa bahwa organisasi mereka sepenuhnya memungkinkan mereka untuk mengejar tujuan-tujuan kunci.

• Hanya 15 persen yang merasa bahwa mereka bekerja dalam suatu lingkungan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

• Hanya 17 persen yang merasa bahwa organisasi mereka mendorong komunikasi terbuka yang menghormati gagasan yang berbeda, yang semuanya bermuara pada terciptanya gagasangagasan yang baru dan lebih baik.

Mau baca lebih banyak?
Download saja buku PDF-nya DI SINI

Related Posts:

Download Gratis Buku Novel Dunia Sophie


Novel inilah yang mengangkat Jostein Garder menjadi penulis kelas dunia. Sementara penulis lain menyajikan filsafat dengan bahasa teoretik, njelimet, dan memusingkan, atau terlalu banyak mengemukakan berbagai pendapat para ahli, Garder menyajikan filsafat dalam wajah ramah, melalui novel memikat, misterius, membuat orang penasaran, dan ingin terus membacanya dari lembar ke lembar sampai tuntas.

Garder menyajikan filsafat dengan bahasa yang mudah dicerna. Melalui sudut pandang seorang anak, filsafat terpaparkan dengan indah, sejak jaman awal sejarah hingga filosof mutakhir, dan Anda akan membaca bukunya seperti mengikuti sebuah dongeng, dongeng modern lebih tepatnya, yang lancar, penuh dialog sederhana namun mendalam. Anda akan dituntun buat bertanya dan bertanya, menggali dan menggali, berpikir dan berpikir, untuk menemukan kebenaran, seperti yang dikehendaki filsafat itu sendiri.

Uniknya, tokoh yang Garder gunakan dalam novelnya ini bukan orang dewasa, melainkan anak-anak. Begitu juga dalam novelnya yang lain, seperti Gadis Jeruk dan Misteri Solitaire, tokoh yang dia pasang selalu anak-anak. Itu karena menurutnya, filsuf sejati di muka bumi, bukan ahli filsafat dari Yunani, bukan pula profesor paling tua di sebuah perguruan tinggi, filosof sejati di muka bumi menurutnya adalah anak-anak. Pernyataan itu dia kemukakan dalam acara "Lebih Dekat dengan Jostein Garder" di Gramedia Jakarta, 11 Oktober 2011.

"Anak-anak itu menakjubkan, mereka tidak mengkategorikan filsafat." ucapnya menjelaskan. Begitu banyak pertanyaan anak yang sebenarnya filosofis. Pertanyaan kenapa belalai gajah panjang, tampaknya sederhana, namun jika coba dicari jawaban, dan diberikan penjelasan sejelas-jelasnya, pastinya dua halaman takkan pernah cukup. Pandangan ini jadi ciri khusus keunikan seorang Jostein. Saya yakin, Garder sangat sadar, apa yang menjadi pendapatkan bukanlah kebenaran yang harus dipegang orang, dia mengatakan demikian, hanya ingin memberikan sesuatu yang berbeda. Karena yang berbeda, biasanya lebih mudah menempel di kepala.

Cita-cita Jostein Garder luar biasa. Dia ingin jadi guru bagi lebih banyak orang di dunia. Dan hasratnya itu tercapai, dia jadi penulis, dan jutaan orang di seluruh dunia, menikmati karyanya. Orang rela membeli bukunya meski terbilang mahal. Saya membaca ini kurang lebih delapan tahun lalu, di sebuah perpustakaan desa kaki gunung, sebelah bawah kampung saya.

Saya sendiri, pertama kali menemukan karya Jostein Garder di rak seorang teman. Bukan Dunia Sophie, tapi buku lain, yang juga tak kalah memikat, yaitu "Misteri Soliter", yang mengungkat bergagai rahasia di balik, setiap gambar kartu remi. Saya hanya membaca buku itu sekilas, waktu itu jilidnya kuning, entah terbitan sekarang jilidnya bagaimana. Dalam buku itu disebut-sebut, bahwa Jostein Garder adalah seorang penulis buku Best Seller Dunia Sophie, namun saya tidak tahu, di mana saya bisa membacanya. 

Dan menyenangkan, ternyata kemudian saya menemukan buku ini dalam bentuk PDF, hasil download sari sebuah blog entah apa saya sudah lupa namanya. Luar biasa besar kapasitasnya, menandakan ini memang sebuah buku tebal.  Buku itu saya simpan, dan jika posting blog, selalu saya bagikan. Dan karena postingan lama sudah saya hapus, sekarang, kembali saya akan membagikannya buat Anda.

Silakan download saja novelnya  DI SINI

Related Posts: