Sejak usai shalat Shubuh
Perasaan saya sudah tak karuan
Teringat lagi kepada Pak SBY.

Ah sudahlah, tak perlu Anda tahu apa yang terjadi dengan perasaan saya
Dari anak-anak pun saya sembunyikan
Maka mimbar mesjid saya tinggalkan, dan bergegas ke kamar mandi, membuang cairan hidung yang mendadak berlelehan
Lalu kembali ke mesjid, dan duduk di belakang
Sambil menahan-nahan perasaan
Agar tenggorokan tercekat ini, agar wajah kian membasah ini
Tak perlu anak-anak tahu...


Tidak tahu kenapa, pagi ini saya teringat lagi kepada Pak SBY
Kali ini kepada puisi-puisinya
Ingin saya baca
Dan sambil membaca, saya bayangkan saya duduk di ruang tamunya
Sedangkan beliau, bersarung, berkemeja tangan pendek, bersyal, dan berkecamata
Duduk di seberang meja, tepat di depan saya
Memegang buku agenda, mulai menarik nafas, hendak membaca salah satu puisinya
Dan baru juga beliau baca judulnya, dengan suara berat khas seorang bapak...."Kasih dan Kehidupan"
Nafas saya sudah tersengal
Bangsat!
Mengapa begini cengengnya saya.
Saya menunduk, menangkupkan telapak tangan ke muka
Pak SBY bertanya, "Ada apa Dana?"
Saya tak bisa menjawab
Suara hilang
Terputus di kerongkongan
Nafas semakin sesak
"Ada apa Dana?" tanyanya lagi mengulang.
Setelah satu tarikan nafas berat, akhirnya saya menjawab, "Tidak Pak."
"Mengapa matamu basah Dana?"
"Oh, hehe, ini kelilipan Pak."
"Jadi bagaimana ini, teruskan tidak baca puisinya?"
"Teruskanlah Pak."


Dan saya duduk menyimak.
Sekata demi sekata pelan dia lisankan dengan suara beratnya
Tanpa tergesa, dan saya
Berusaha terlibat, jangan sampai kehilangan.

"Kasih dan Kehidupan"

Halusnya jari-jari lentik memetik gitar di halaman belakang ketika anggrek bulan tengah mekar
Merdunya tembang penyanyi tua dalam lantunan kasih dan getar rindu suka cita di masa silam
Ya, Rabbana teduh jiwaku dalam syukur ketika kau turunkan rahmat di kehidupan yang bening dan tulus
Meski hatiku terus berkelana di liku bukit medan kembara langkahku tak sesat, atau terjatuh di ngarai tandus tak bersahabat karena di balik cakrawala kulihat mentari pagi berdendang melambai menabur kasih dan cahaya kehidupan.

"Bagaimana menurutmu Dana?"
"Indah Pak"
Pak SBY hanya tersenyum.
Lalu kata saya, "Ada yang ingin saya sampaikan kepada Bapak."
"Iya Dana, sampaikan saja."
"Mudah-mudahan Bapak panjang umur Pak."
"Lalu?"
"Sudah Pak, itu saja. Saya mohon pamit."

Related Posts:

0 Response to " "

Post a Comment