Menulis Memoar: Butuh Kejujuran

Banyak orang menulis tentang dirinya
Namun saat Anda baca, bukannya suka, sebaliknya malah jadi sebal
Atau paling tida, tulisan itu jenuh dan membosankan
Mengapa?
Karena sebagian besar tulisan jenis itu
Lebih cenderung menceritakan kelebihan dirinya
Pamer kemampuan dan kehebatan
Sedang kekurangan dan cacat, mereka tutupi dengan alasan, ingin kelihatan hebat
Dan sempurna

Sedang Andrea Hirata
Mengapa memoarnya sampai menghebohkan jagat sastra
Itu karena tulisannya, jujur, apa adanya
Baik kelebihan atau kekurangan dirinya, dia beberkan
Dan karenanya apa yang dia sampaikan seimbang, bukan hanya memamerkan kehebatan
Akan tetapi juga, kelemahan bahkan tragedi, yang dia parodikan menjadi komedi

Demikian juga Diary Anne Frank,
Catatan harian seorang gadis kecil, yang menulis di tengah ancaman kematian
Mengapa sampai sekarang buku itu menjadi legenda
Karena isinya bukan sekedar pamer kelebihan, akan tetapi kecemasan, ketakutan
Serta detail-detail lucu, memalukan, bahkan--tapi ini jangan ditiru--hal-hal vulgar, dengan polosnya dia tulia
Sekali lagi hal vulgar bukan bagian yang harus Anda tiru
Anda punya moral, gunakan otak moral Anda!

Ini hanyalah pelajaran
Bahwa menulis, terutama memoar tentang diri sendiri
Atau autobiografi
Jika pembaca ingin suka
Maka, kejujuran harus menjadi pegangan

Related Posts:

Cara Mudah Membuat Anak Keranjingan Buku

Sebenarnya tidaklah susah
Membuat anak keranjingan baca buku
Saya sendiri sudah buktikan, membuat anak mencintai buku
Hanyalah dengan membuat anak itu berada di lingkungan banyak buku
Dan memperlihatkan kita mencintai buku, maka dengan sendirinya, si anak akan keranjingan buku

Teringat kepada seekor anak kambing
Yang ditinggal mati induknya waktu masih bayi, waktu itu
Karena tidak bisa menyusu, kandangnya disediakan air bekas membersihkan adonan bolu kukus, dan karena tidak ada lagi minuman, dia meminumnya, dan karena terus-menerus meminum cairan semacam itu, dia jadi kebiasaan. Lama-lama dia jadi rakus dengan air bekas membersihkan adonan itu, sampai-sampai, suatu hari dia kekenyangan, perutnya kembung besar sekali.
Begitulah si kambing
Cukup mendekatkannya dengan minuman sisa adonan bolu
Dia keranjingan minuman itu,
Sama halnya dengan cara membuat anak keranjingan buku
Cukup buat lingkungan si anak banyak buku sambil, kitanya suka kepada buku


Awal saya membuka sekolah ini misalnya
Saya tinggal sekamar dengan anak yang tidak punya kebiasaan membaca
Kemudian mereka bergaul dengan saya
Seorang gila buku
Yang setiap hari bergaul dengan buku
Datang dari mana saja membawa buku, pergi ke mana saja bawa buku
Baca buku, pegang buku, beli buku, jual buku, nulis tentang buku,
Dalam lemari penuh buku, di atas lemari banyak buku, di atas meja, di kolong meja, di samping meja
Maka
Tanpa harus saya suruh
Tanpa harus saya motivasi pun, dengan sendirinya mereka mencintai buku
Contohnya saja si Eno, sekarang sedang menggarap novel "Dzikir Ilalang" karya Andi Bombang yang super tebal itu. Dan juga Si Dadan, sedang tertawa-tawa membaca novel "Pendawa: Pendamping Idaman Wanita" karya Muh. Rio Nisafa


Teringat juga kepada Si Zulfa
Putrinya sulung Pak Wawan, sekarang sudah kuliah
Waktu kecilnya saya tahu, tak kelihatan dia suka membaca buku
Lama tidak ketemu dengannya, sekarang setelah besar, saya ke rumahnya lagi, lemarinya sesak dengan buku.
Mengapa?
Karena sejak kecil
Lingkungannya dibuat banyak buku
Bapaknya suka buku, ibunya cinta buku, lemarinya banyak buku


Jadi menurut saya
Cara termudah buat anak keranjingan membaca buku
Adalah dengan, mengalokasikan anggaran bulanan Anda buat buku
Kemudian, menjadikan rumah Anda lautan buku,
Penuh dengan apa lemari Anda?
Bukankah lebih keren jika setiap ruangnya sesak barisan buku?
Ada apa di kolong meja ruang tamu Anda?
Bukankah lebih menarik jika di sana tersedia buku?
Oh ya, itu dinding rumah ada foto wisuda besar, masa sih di bawahnya cuma patung anjing dan bunga?
Barisan buku donggggggg................

Related Posts:

Buku Saya: Belum Terbit Sudah Bestseller

Bukan seorang dua orang meminta saya
Supaya segera membuat buku, namun sebagai pemalas dan penganut hidup seenaknya
Sungkan rasanya kalau harus serius menulis buku, karena
Pekerjaan itu bukan perkara gampang
Butuh ketekunan luar biasa
Mulai memilih judul
Membuat kerangka, mencari bahan, hingga menulis hingga buku itu tuntas

Kemudian mengeditnya berulang-ulang
Belum lagi harus ke penerbit
Resiko penolakan, dan kalau pun diterima
Harus pusing mikirin ISBN, desain cover, kata pengantar, ucapan terima kasih
Huaahhhh ribet. Terus terang, saya sangat malas berurusan dengan itu
Melelahkan
Itulah sebabnya saya katakan, jika mau punya buku saya
Kumpulkan sendiri dari blog
Atau dari facebook
Tulisan saya sudah banyak di sana, terus
Bukukan sendiri, cetak sendiri, dan masalah hak cipta
Saya gak peduli

Mereka tidak ngomong lagi, tidak minta

Saya lega,
Tidak dipusingkan lagi dengan permintaan yang bukan-bukan
Dan saya kira, masalah sudah tuntas
Namun tidak
Ternyata, salah seorag yang dulu meminta itu
Datang ke rumah
Dia katakan,
Bahwa dia, sudah membukukan karya saya
Dengan sederhana, bentuk jilid lakban seperti makalah, dilapisi plastik hijau,
Dan setelah itu--masih kata dia--banyak nian orang minta kofiannya
Tetangga sekampung, tetangga lain kampung, tetangga satu desa, saudara-saudaranya, dan teman facebook Banyak sekali yang pesan,
Dan sampai kepada saat datang ke rumah saya itu, dia sudah menjual tujuh ratus enam puluh tiga kofi
Dia katakan, dia memberitahu saya karena dia merasa bersalah
Sudah mengkomersilkan karya saya, padahal saya sendiri belum pernah mengijinkan itu
Dan dia katakan
Dari buku kofian itu, dia mengambil keuntungan dua ribu rupiah perkofian buku

Kaget luar biasa, ternyata orang ini mengkomersilkan tulisan saya
Seketika saya kehilangan kendali, langsung marah, berdiri, mendekati orang itu dan menjambak kerah bajunya: "Eh Kamu, dengar ya. Kalau mau kofi buku saya kofi saja, kalau mau jual ya jual! Kalau mau ngambil keuntungan, ya ambil saja semuanya! Buat kamu! Gak usah ke sini lagi! Memusingkan saya saja!"

Tapi dia tak enak, dan bersikeras ingin memberi saya keuntungan dari hasil penjualannya
Dia memohon-mohon, supaya saya menerima,
Biar setelah itu, jadi tenang pikirannya, dan tidak lagi, merasa bersalah kepada saya
Ya bagaimana lagi, terpaksa saya terima
Tujuh persennya

Enam bulan kemudian, dia inboks via facebook
Dia katakan, sekarang sudah menjual enam ribu kofi, sambil minta nomor rekening saya

Setahun kemudian, dia nelfon, menyampaikan, sudah menjual empat ratus ribu kofi
Saking banyaknya pesanan,
Sampai-sampai, dia memakai jasa lima puluh tukang foto kofi, tiga puluh unit pengiriman barang, dan menyewa satu buah truk buat mengangkut.
Kembali dia minta nomor rekening saya, sambil minta ijin, untuk mengirimkan naskah itu ke penerbit
Saya damprat lagi dia, "Sampai kapan Kamu mau mengganggu ketenangan saya? Kalau mau menerbitkan, ya terbitkan. Jangan bawa-bawa nama saya. Pusing!"

Heran saya,
Ada juga orang macam itu
Tapi lebih heran lagi dengan buku saya
Belum terbit sudah bestseller

Saudara-saudara!
Begitulah kejadian yang sangat saya idam-idamkan

Related Posts:

Buku Adab Pergaulan, Persaudaraan Dan Persahabatan 2

Menentukan cinta kerana Allah 

Cinta yang hakiki yang didasarkan kerana Allah semata-mata, ialah bila anda mencintai seseorang bukan kerana peribadinya, malah kerana kelebihan-kelebihannya yang bergantung dengan keakhiratannya. Misal cinta itu ialah: Seseorang yang mencintai gurunya sebab menerusi guru itu ia akan memperolehi ilmu pengetahuan yang akan memperbaiki amalannya. Sedang tujuan utama dari menuntut ilmu pengetahuan dan amalan yang baik itu, ialah keselamatan diri di Hari Akhirat. Inilah yang dikatakan antara contoh-contoh cinta kerana Allah semata-mata. 

Misal yang lain ialah: Seorang guru mencintai muridnya, sebab kepadanya guru itu dapat menurunkan ilmu pengetahuan dan dengan sebab itu pula guru itu memperoleh pangkat seorang pendidik atau guru. Orang ini juga, dikira cintanya kerana Allah semata-mata. Begitu pula orang yang bersedekah dengan harta bendanya kerana menuntut keredhaan Allah, atau orang yang suka mengundang tetamu di rumahnya, lalu menghidangkan berbagai-bagai makanan yang lazat, semata-mata kerana ingin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Kemudian lahirlah dalam diri orang itu perasaan sayang dan kasih terhadap tukang masaknya, kerana kemahirannya untuk menyediakan makanan-makanan yang lazat; cinta ini juga dikira sebagai cinta kerana Allah. 

Misal lain lagi ialah misal seorang yang suka menyampaikan sedekah kepada orang-orang yang memerlukannya, maka perilakunya itu dikira sebagai cinta kerana Allah juga. Ataupun orang yang mencintai pekerja yang membantu mencuci pakaiannya, membersihkan rumahnya, dan memasak makanannya, yang mana dengan terlepasnya ia dari tugas-tugas ini, senanglah ia dapat menuntut ilmu atau membuat pekerjaan yang lain, sedang tujuan utama dari mempekerjakan orang itu semata-mata kerana melapangkan diri untuk memperbanyakkan ibadat, maka ia juga terkira pencinta kerana Allah. 

Begitu juga ia mencintai seorang kerana orang itu mencukupkan keperluannya dari wang dan pakaian, makanan dan rumah dan lain-lain keperluan yang mesti untuk kehidupan di dunia, sedang maksud orang yang menderma itu ialah supaya ia dapat melapangkan diri untuk menuntut ilmu pengetahuan yang berguna, sambil melakukan amalan-amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala maka cintanya itu dikira kerana Allah Ta’ala jua. 

Segolongan para Salaf Saleh yang terdahulu, sering segala keperluannya ditanggung oleh hartawan-hartawan yang murah hati. Jadi dalam hal ini, kedua-dua pihak tergolong pencinta-pencinta yang mencari keredhaan Allah Ta’ala. 

Juga, jika seseorang itu menikahi seorang wanita yang salehah untuk melindungi dari godaan syaitan, serta memelihara agamanya, atau untuk menginginkan seorang anak yang saleh dari pernikahan itu, ataupun dia mencintai isterinya kerana menerusinya ia dapat sampai kepada tujuan-tujuan yang suci, seperti misal-misal yang disebutkan di atas tadi, maka ia adalah seorang pencinta kerana Allah Ta’ala. 

Demikian pula, jika seseorang itu dalam hatinya tersemat cinta kerana Allah dan dunia, seperti seorang yang mencintai guru yang mendidiknya, lalu ia pun mencukupkan segala keperluan guru itu di dunia dengan wang dan sebagainya, maka ia dikira orang yang mencintai kerana Allah. 

Seterusnya, bukanlah dari syarat-syarat cinta kerna Allah Ta’ala itu, ia mesti tinggalkan semua nasibnya dari harta kekayaan dunia sama sekali, sebab para Nabi salawatullahi alaihim sering menyeru kita berdoa, agar Allah s.w.t. mencukupkan kedua-dua keperluan dunia dan akhirat.

“Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.” (al-Baqarah: 201)

Juga dalam doa yang ma’tsur berbunyi: 

“Ya Allah! Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memohon daripadaMu kerahmatan yang dengannya aku boleh memperoleh pangkat kehormatanMu di dunia dan di akhirat.” 

Bila kecintaan seseorang kepada Allah telah menjadi kukuh, niscaya akan muncul wataknya perasaan suka membantu dan menolong serta mengutamakan orang lain dari diri sendiri, bersedia untuk membelanjakan segala yang dimilikinya dari harta, jiwa dan nasihat yang baik.

Dalam hal ini manusia adalah berbeda menurut perbedaan darjat kecintaannya terhadap Allah azzawajalla. Ia akan dicuba dalam kecintaannya itu dengan berbagai-bagai percubaan yang bertalian dengan kepentingan-kepentingan dirinya, sehingga ada kalanya semua kepentingan itu sudah tidak ada yang tinggal lagi, semuanya telah dibelanjakan bagi kepentingan orang yang dicintainya itu, Terkadang-kadang ditentukan sebahagian untuk diri sendiri, manakala yang lain diberikan kepada orang-orang yang dicintainya. 

Tidak kurang juga, orang yang membahagikan harta kekayaannya kepada dua, satu bahagian untuk dirinya dan satu bahagian lagi untuk kekasihnya, ada yang memberikan sepertiga dari harta kekayaan, dan ada sepersepuluh dan seterusnya. Banyak atau sedikit wang yang dibelanjakan itu bergantung pada rasa cintanya terhadap orang itu, sebab tidak dapat ditentukan darjat cinta itu, melainkan dengan kadar harta yang dibelanjakan kepada para kekasihnya. Maka barangsiapa hatinya telah dipenuhi oleh rasq cinta kerana Allah, tidak ada benda-benda lain yang masih dicintakan lagi, selain dari cintanya kepada Allah semata-mata. Ketika itu tidak akan meninggalkan sesuatu benda pun dari harta kekayaannya, melainkan semuanya dibelanjakan kerana Allah s.w.t. 

Contoh dalam misal ini, ialah Saiyidina Abu Bakar as-Siddiq (Khalifah Islam pertama), beliau telah menyerahkan puterinya Aisyah (untuk dikahwinkan kepada Rasulullah s.a.w. – pent), sedangkan aisyah itu cahaya matanya kemudian dibelanjakan semua harta bendanya kerana Allah s.w.t.

Dengan itu disimpulkan, bahwasanya sesiapa yang mencintai seorang alim atau’ abid, ataupun dia mencintai penuntut ilmu pengetahuan atau orang yang sepanjang masanya beribadat atau membuat kebaikan, maka yakinlah bahawasanya ia mencintainya itu kerana Allah dan untuk Allah dan tentulah ia akan mendapat ganjaran pahala dan kurnia dari Allah Ta’ala menurut kadar kekuatan cintanya itu. 

Tanda kebencian kerana Allah. 

Ketahuilah bahwa apabila seseorang itu mencintai seorang lain kerana Allah, maka hendaklah apabila ia membencinya kerana Allah juga. Sebab punca yang menyebabkan anda mencintai seorang manusia itu, mestilah kerana ia amat taat kepada Allah, ataupun kerana ia dicintai di sisi Allah disebabkan amalan-amalannya yang baik. Tetapi bila orang itu bermaksiat kepada Allah, maka tentulah anda akan membencinya, kerana ia menderhaka kepada Allah dan terkutuk di sisi Allah. Tegasnya barangsiapa mencintai seseorang kerana sesuatu sebab, niscaya ia akan membencinya kerana sebab yang berlawanan dengannya. 

Menampakkan benci kepada seseorang, sama ada dengan membisukan lidah atau tidak ingin berbicara dengannya, atau tidak mengendahkan kehadirannya atau menjauhkan diri daripadanya atau bersikap acuh tak acuh terhadapnya atau menganggapnya tidak penting dan tidak berguna, atau mengeraskan kata bicara kepadanya. Segala sikap ini diperlakukan menurut tingkatan kefasikan seseorang atau kemaksiatan yang ditunjukkan oleh orang itu. 

Adapun kesalahan yang telah diakui oleh pelakunya bahwa ia telah berkhilaf, lalu ia merasa dukacita atasnya dan berjanji tidak akan kembali kepadanya lagi, maka sebaik-baiknya ditutup kekhilafan itu dan dikejamkan mata daripanya. 

Teruskan DI SINI

Related Posts:

Buku Adab Pergaulan, Persaudaraan Dan Persahabatan

Keutamaan pergaulan dan persaudaraan 

Ketahuilah, bahwasanya pergaulan baik itu adalah buah daripada kemurniaan budi pekerti, manakala perpecahan pula merupakan buah daripada kejelekan budi pekerti. Maka kebaikan dan kemurniaan budi pekerti itu menelurkan sikap saling cinta mencintai, bersatu-padu antara satu sama dengan yang lain dan berhaluan satu, manakala kejelekan budi pekerti membuahkan sikap saling benci-membenci, dengki antara satu dengan yang lain dan bermusuh-musuhan. 

Mengenai kebaikan budi pekerti ini, sudah tidak sepi lagi keutamaannya dalam agama sebab dengan sifat inilah Allah s.w.t. telah memuji NabiNya alaihis-salam dalam firmanNya. 

“Dan sesungguhnya engkau memiliki budi perkerti yang luhur.” (al-Qalam: 4) 

Rasulullah s.a.w telah bersabda: 

“Kebanyakan sebab yang memasukkan manusia ke dalam syurga ialah taqwa kepada Allah dan kebaikan budi pekerti.” 

Sabdanya lagi: 

“Aku telah diutus untuk menyempurnakan kebaikan-kebaikan budi pekerti.” 

Dengan itu sudah jelaslah, bahwa buahnya budi pekerti yang baik menimbulkan rasa perpaduan dan menghalang rasa kesepian jiwa. Dalam hal ini terdapat banyak huraian yang menyimpulkan berbagai-bagai kepujian terhadap sikap perpaduan itu, terutama sekali bila yang menyebabkan ikatan itu, ialah taqwa atau agama ataupun cinta kepada Allah. Kepujian-kepujian itu ada yang terdiri dari ayat-ayat al-Quran, Hadis-hadis Rasulullah s.a.w., atau atsar para sahabat dan tabi’in, semuanya cukup dan lengkap. 

Allah s.w.t. telah berfirman untuk memperlihatkan kebesaran kurniaNya ke atas kaum Mu’minin, katanya: 

“Maka kamu sekalian, dengan sebab kurniaNya itu menjadi saudara.” (ali-Imran: 103).

Maksud dari ayat tersebut ialah kurnia perpaduan antara satu dengan yang lain. 

Allah s.w.t. mencela perpecahan dan menegah dengan keras sikap itu dalam firmanNya: 

“Berpegang teguhlah dengan tali Allah bersama-sama, dan janganlah berpecah-belah” (ali-Imran: 102) 

Rasulullah s.a.w. pula telah bersabda: 

“Sesungguhnya orang yang paling hampir kedudukannya kepadaKu, ialah orang yang paling terbaik budi pekertinya. Mereka yang bersikap merendah diri dan senang bermesra dan dimesrai.” 

Sabdanya lagi: 

“Seorang Mu’min ialah orang yang senang bermesra dan dimesrai dan tiada gunanya pada orang yang tidak tahu bemersra dan tidak suka dimesrai. 

Sabdanya lagi: 

“Sesiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, dikurniakannya seorang teman yang saleh. Apabila terlupa diingatkan dan apabila teringat ditolong oleh teman itu.” 

Lagi sabdanya: 

“Tiadalah dua orang yang saling cinta-mencintai kerana Allah itu, melainkan yang lebih dicintai oleh Allah itu, ialah orang yang lebih banyak cintanya kepada rakannya.” 

Sabdanya lagi: 

“Sesungguhnya Allah s.w.t. telah berkata: Sudah pastilah kecintaanKu itu terhadap orang-orang yang ziarah-menziarahi keranaKu: Sudah pastilah kecintaanKu itu terhadap orang-orang yang cinta-mencintai keranaKu. Sudah pastilah kecintaanKu itu terhadap orang-orang yang bersusah payah keranaKu. Dan sudah pastilah kecintaanKu itu terhadap orang-orang yang tolong-menolong kerana-Ku.” 

Lagi sabdanya: 

“Sesungguhnya orang yang amat dicintai oleh Allah, ialah orang yang senang bermesra-mesra dan senang dimesrai. Dan sesungguhnya orang yang amat dibenci oleh Allah, ialah orang yang suka menaburkan kata-kata nista dan suka memecah-belahkan antara sesama saudara.” 

Dari atsar pula, apa yang diriwayatkan dari al-Fudhail rahimahullah Ta’ala, katanya: Ah! Engkau ingin menetap dalam Syurga Firdhaus, serta harap bertetangga dengan Allah di dalam rumahNya (Syurga) bersama-sama para Nabi dan Siddiqin, Syuhada dan Salihin! Amalan apakah yang telah anda kerjakan? Syahwat manakah yang telah anda tinggalkan? Kemarahan yang mana satukah telah anda manahan diri? Keluarga yang mana satu telah anda perhubungkan? Kikhilafan saudaramu, sudahkah anda maafkan? Orang dekat yang mana telah anda jauhkan kerana mencari keredhaan Allah? Dan dengan orang jauh yang mana telah anda dekatkan kerana mencari keredhaan Allah! 

Dia berkata lagi: Seseorang yang mengamat-amati wajah saudaranya kerana cinta dan rahmat adalah melakukan suatu ibadat. 

Lanjutkan baca DI SINI

Related Posts:

Kitab Ihya Ulumuddin

Dalam mukaddimah kitab Bidayatul Hidayah, Imam Ghazali menuliskan kisah hidupnya: 

Sewaktu menuntut ilmu, beliau rajin luar biasa. Beliau selalu menulis dan mencatat hal-hal penting yang didengarnya saat belajar. Sehingga catatannya menumpuk.

Suatu ketika, dalam perjalanan dari Jurjan menuju kota Thus, beliau dihadang perampok. Semua barang-barang miliknya dirampas termasuk catatan-catan penting yang dikumpulkan bertahun-tahun selama belajar.
Imam Ghozali mengikuti perampok itu seraya berteriak: “Aku hanya minta catatan-catatanku. Yang lain silahkan ambil. Catatan itu tidaklah penting bagi kalian. Itu cuma kertas-kertas, tapi itu sangat berharga buatku. Aku melakukan perjalanan jauh guna untuk menimba ilmu dan semua hal-hal penting ada dalam catatan itu”. 

Perampok itu berkata:”Bagaimana kamu ngaku-ngaku penuntut ilmu, sedangkan kamu tidak hafal apa yang Kamu pelajari. Kalau catatan ini aku ambil, berarti ilmumu hilang!”. tumpukan catatan itu pun dikembalikan kepada Imam Ghozali. 

Imam Ghozali berkata: ”Aku anggap kata-kata perampok itu sebagai nasehat berharga. Saat sampai ke kota Thus, daerah tempat tinggalku, aku hafalkan semua catatanku itu, sehingga bila ada perampok lagi merampasnya, maka telah kusimpan ilmuku di dadaku”.

Maka hari berikutnya Imam Ghazali terus berupaya, supaya ilmu yang dapatkanya, tak sekedar menjadi catatan  semata, namun masuk ke dalam kepala, dan meresap ke dasar dada. Itulah sebabnya maka Imam Ghazali menjadi ulama cemerlang, dan dalam usia muda, perguruan tinggi Nizamiyah, mengangkatnya menjadi guru besar. 

Orang sangat suka kepada pengajaran-pengajaran  Imam Ghazali. Ruang kuliahnya selalu disesaki mahasiswa. Keluasan ilmunya, cara dia berbahasa, cara dia mengutip Al-Qur'an, hadits, ungkapan para ulama, cara dia membuat kesimpulan, sangat pas, dan membuat pendengar nyaman. Maka pada zamannya, dia menjadi guru yang sangat dicintai. Penguasa pada zaman itu pun senang kepadanya, menanggung penuh biaya hidup dia dan keluarganya. 

Kalaulah sekarang masih ada, kemungkinan besar kita pun penasaran. Ingin juga mendengar ceramahnya. Akan tetapi sejak seribu tahun lebih yang lalu, beliau sudah meninggal, dan yang tersisa bagi kita, hanyalah karya tulisnya, kitabnya, makalah-makalahnya.

Akan tetapi dari kitab-kitab dan makalahnya itu pun, kita bisa sedikit meraba, bagaimana gaya bahasa sang imam selama hidupnya. Tatkala kita membaca kitab-kitab karyanya--cobalah--akan kita temukan, keluasan ilmunya luar biasa. Dia sangat pandai merangkai mutiara, perkataan dari para ahli sufi, ulama-ulama akhirat, kutipan hadits, maupun Al-Qur'an, tanpa harus membuat pembaca menjadi bosan.

Maka tak heran, kitab-kitab karya beliau, nyaris semua monumental, menjadi bacaan para penuntut ilmu hingga hari ini. Datanglah ke rumah para ulama, liat rak bunya mereka, bisa dipastikan kitab Imam Ghazali menjadi sebagian koleksi mereka. Karyanya dicinta, dibaca, dinikmati dari generasi ke generasi. Karenanya saya kira, jika Anda termasuk pencinta buku dan dunia tulis-menulis, sangat rugi jika tak pernah menikmati karya-karyanya.

Salah satu kitab beliau paling terkenal dan paling monumental adalah Ihya Ulumuddin.  Cobalah baca dan nikmati, saya menyediakan terjemahannya di blog ini.

Silakan masuk KE SINI

Related Posts:

Trik Banyak Uang

Hal yang paling saya benci hari ini adalah, menghitung duit di dompet
Saya tidak tau tinggal berapa,
Karena dihitung atau tidak, duit itu tidak nambah
Malah menyakitkan, bukannya nambah, yang ada malah berkurang

Dan saya paling tak mau
Memikirkan cara menambahnya
Karena menurut saya, jika saya ingin banyak uang
Yang harus saya pikirkan bukanlah bagaimana menambahnya
Melainkan, saya harus tahu bagaimana cara mengeluarkannya
Karena kunci supaya banyak uang menurut saya, bukan menguasi bagaimana cara mendapatkan uang itu, tapi menguasai bagaimana cara mengeluarkannya.

Karena orang yang miskin uang, bukanlah orang yang tidak menguasi bagaimana cara mencari uang, melainkan orang yang tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan uang, sehingga dia tidak bisa menguasai bagaimana caranya mengeluarkan uang.

Dana
Pakar Keuangan Yang Miskin Uang

Related Posts: