Download Gratis Buku Karya Yusuf Qardhawi 1



Apa kelebihan Dr. Yusuf Qardhawi dibanding penulis lain?

Bara semangatnya.

Tiap kali saya baca tulisan beliau, terasa setiap uraian kalimatnya mempunya jiwa. Itu karena yakin, jari beliau menulis dengan semangat api. Membaca buku beliau, dari lembar ke lembar, seperti mendengar langsung orasi langsung, teriakan-teriakan mantap, ambisi tinggi melakukan perlawanan kepada setiap penghancur Islam. Syaikh Yusuf sangat mencintai agamanya, dan benci kepada siapa pun yang punya niat jahat menghancurkan Islam. Pratik kufur seperti riba yang banyak dilakukan perbankan dia serang dengan bukunya. Namun ketika membahas masalah modern yang hukumnya masih diperdebatkan, beliau bersikap moderat. Misalnya ketika membahas demokrasi, Yusuf Qardhawi bukanlah seorang yang secara mentah membantai sistem ini. Melalui kedalaman ilmunya, beliau menilai demokrasi bukanlah konsep yang harus ditolak, melainkan, sistem itu bisa didesain ulang dan menyesuaikannya dengan ajaran Islam.

Pertama kali membaca tulisan beliau dulu, waktu kecil, sebuah buku saku, yang merupakan ringkasan dari ceramah beliau tentang fiqih prioritas. Buku itu saya dapat dari tetangga, dan ketika saya membacanya, terasa kata-katanya lunak dikunyah. Semangat yang dia titipkan dalam setiap pesannya, cocok buat daya pikir saya, seorang dengan kecerdasan yang, mungkin di bawah rata-rata. Setelah saya semakin menua, mendekati usia tiga puluh tahunan, kembali bukunya saya baca, dan menemukan, tulisan-tulisan Yusuf Qardhawi memang luar biasa. Apanya yang luar biasa?

Mestinya, tulisan enak dibaca itu terusun dalam bentuk kalimat pendek efektif. Tulisan Syaikh Yusuf tidak, kalimat beliau panjang-panjang, dan tulisan semacam itu, saya anggap melelahkan pembaca. Hal itu saya yakini setelah membaca saran dari beberapa panulis kawakan, dari para ahli sastra, dan para pegajar di bidang tulis-menulis, bahwa jika sebuah tulisan ingin enak dibaca, sebisanya, kalimat dibuat sependek mungkin. Saya camkan nasihat itu, saya yakini, bahkan saya anggap itu hukum paten di dunia tulis menulis.

Namun ternyata, hukum itu tidak berlaku bagi seorang Yuquf Qardhawi. Dia menulis dalam sajian kalimat panjang. Namun anehnya, sebagai pembaca, saya tidak membacanya. Dari baris ke baris, dari paragraf ke paragraf, dari halaman ke halaman, dari lembar ke lembar, tumpahan demi tumpahan kata mengalir deras dan lancar. Waktu saya baca buku Bunga Bank Haram, misalnya, begitulah dia menulis dalam kalimat panjang. Terkadang satu kalimat sampai menghabikan tiga sampai empat baris. Akan tetapi, saya membacanya dengan penuh kelancaran, bukannya melelahkan, kalimat panjangnya malah jadi seperti rel panjang, yang membuat kereta lancar bebas melesat ke depan, kepada tujuannya. Mengapa itu terjadi?

Ada dua alasan menurut saya. Pertama karena beliau menulis dengan semangat besar, dan kedua, itu karena kedalaman ilmu beliau, baik ilmu syariat, maupun ilmu menulis. Dengan kata lain, di samping ilmu agama, keterampilan bahasa tulis beliau pun hebat.

Saya suka membaca tulisan-tulisan beliau, dan selalu kangen ingin membaca buku-buku lainnya. Kalau ke toko buku, sering saya sempatkan diri membuka bukunya yang berjudul “Islam Radikal”, membaca beberapa kalimat, merasakan semangat dan kelancaran ungkapan-ungkapannya, dan stop, saya tutupkan lagi, karena itu buku bukan hak saya. Dan malam ini, malam disusunnya tulisan ini, saya membaca salah satu buku beliau, Fiqhul Aulawiyat, atau fiqih prioritas, yang membahas aa saja yang seorang mesti dahulukan dalam pengamalan sehari-harinya, dan apa yang seharusnya dibelakangkan? Dan saya bersemangat saat membaca bab tentang “Pemahaman harus Didahulukan daripada Hafalan.” Sambil menikmati kelihaian Syaikh Yusuf dalam mengolah kata, saya pun terperangah, melihat keluasan wawasan beliah dalam memberikan argumen kepada pendapat yang dilontarkannya ini. Dia paparkan secara lengkap dalil Al-Qur’an dan Ash-Shunnah.

"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (at-Taubah: 122) 

Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan, 

"Barangsiapa dihendaki Allah mendapatkan kebaikan, maka Dia akan memberinya pemahaman tentang agamanya." 

Fiqh merupakan sesuatu yang lebih dalam dan lebih spesifik dibandingkan dengan ilmu pengetahuan. Sesungguhnya fiqh itu mencakup pemahaman, dan juga pemahaman yang mendalam. Oleh karena itu, Allah SWT menafikannya dari orang-orang kafir dan orang-orang munafik, ketika Dia memberikan sifat kepada mereka: 

"... disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti." (al-Anfal 65) 

Dalam hadits Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan,
"Manusia itu bagaikan barang tambang, seperti layaknya tambang emas dan perak. Orang yang baik pada zaman jahiliyah adalah orang yang baik pada zaman Islam apabila mereka memiliki pemahaman yang baik." 

Dalam hadis Abu Musa yang dimuat di dalam Shahihain dikatakan, 

"Perumpamaan Allah mengutusku dengan petunjuk dan ilmu pengetahuan adalah seperti hujan lebat yang menyirami tanah. Di antara tanah itu ada yang gembur yang bisa menerima air, kemudian menumbahkan rerumputan yang lebat. Kemudian ada pula tanah cadas yang dapat menghimpun air sehingga airnya dapat dimanfantkan oleh manusia. Mereka minum, memberi minum kepada binatang ternak, dan bercocok tanam dengannya. Tetapi ada juga tanah yang sangat cadas dan tidak dapat menerima air, tidak dapat menumbuhkan tanaman. Begitulah perumpamaan orang yang memahami ajaran agama Allah dan memanfaatkan ajaran yang aku diutus untuk menyampaikannya. Dia memahami kemudian mengajarkannya. Dan begitulah orang yang tidak mau mengangkat kepalanya dan tidak mau menerima petunjuk Allah yang aku diutus untuk menyampaikannya.”

Anda yang ingin menikmati tulisan beliau lebih banyak lagi, saya membagikannya secara gratis. Tiga buku yang tersedia dalam e-book ini. Jia butuh, Anda bisa langsung mendownloadnya DI SINI

Related Posts:

Buku Berdebu di Kolong Ranjang



Apa yang terjadi pada kejiwaan Bagas, sampai dia jatuh cinta kepada nenek-nenek. Wajarlah jika dia baru beranjak remaja, karena memang seorang remaja selera syahwatnya suka aneh-aneh, tapi ini Hudin, sudah terbilang dewasa, dua puluh enam tahun usianya. Beberapa kali ayah ibunya menawarkan gadis cantik supaya dia nikahi, Hudin tetap menolak, dan tetap memilih Rukmini, tukang pecel tetangga belakang rumahnya. Padahal usianya sudah tua, mendekati enam puluh tahun, tapi entah mengapa, yang bagas minta kepada orang tuanya, adalah supaya mereka meminangkan Rukmini untuknya.

Darmono, Ayah bagas, berunding dengan istrinya. "Apa memang anak kita berselera kepada wanita berwajah kampungan."

"Jadi?" respon bu Darmono.

"Bagaimana kalau kita cari gadis kampung, yang sering ke sawah, trus kita tawarkan kepada anak kita?"

"Ya, daripada menikah dengan nenek tua. Rusak parahlah nama baik keluarga kita."

Dan seorang gadis kampung didatangkan dari lereng Gunung Lawu. Berkerudung, dan wajahnya, kecoklatan karena seringnya ke sawah.

Entah kenapa, melihat Gadis itu, Bagas langsung mengangguk setuju, "Baik Ayah!" ucapnya.

Tak usah terlalu dalam memikirkan cerita ini. Tak perlu juga jadi bahan diskusi. Saya menulis asal-asalan, dengan konsep menulis, seperti yang selama ini saya sebarkan, yaitu, menulis seenaknya. Karena memang saya menulis, tanpa cita-cita besar seperti Anda. Akan tetapi saya menulis, hanya ingin menciptakan sebuah karya, yang nantinya, mungkin hanya akan menjadi Buku Berdebu di Kolong Ranjang, alias buku tidak berguna. Sudah sesuai bukan tulisan ini dengan judulnya?

Nah, kalau sudah, berarti saya tinggal membahas buku lainnya. Yaitu ini, buku "Dzikir Ilalang". Saya sudah membacanya beberapa halaman. Andi Bombang memang imajiner, sanggup menghadirkan film dalam uraian kata. Membaca bukunya, seperti dibawa menyaksikan film tenang kehidupan Hardi, di lorong kehidupan preman ibu kota. Alur kisahnya berselang seling antara alur maju dengan alur mundur. Alur maju tentang kehidupan Hardi sebagai ketua Preman Ancagar, dan sorot balik kepada masa lalu dia, sebagai anak yatim yang ingin merantau. Asyik benar saat membaca gambaran kehidupan preman. Asal ceplos mereka, asal pukul, asal tendang, asal bacok, dan kata-kata sangar, dan ketika ingat ini cerita tentang kembalinya seorang preman ke jalan yang benar, benak saya bertanya-tanya, bagaimana prosesnya sampai Hardi kembali mendapatkan hidayah. Jawaban itulah yang ingin saya dapatkan dengan membaca novel ini. 

Penulis menjawab pertanyaan itu tidak instan. Dengan tabah, dia menguraikan jawabannya dalam kisah panjang dan lengkap, hingga novel ini menjadi novel lumayan tebal hingga menghabiskan enam ratus halaman lebih. Bagi pencinta baca, ini akan sangat memuaskan, sebab biasanya seorang pembaca, jika membaca, tak ingin bacaannya segera tuntas. Seorang pencinta baca, jika buku yang dia baca telah mendekati halaman-halaman terakhirnya, sengaja dia pelankan, supaya bacaannya tak cepat habis, saking masih inginnya dia bercengkrama dengan bukunya. Dan novel Dzikir Ilalang, saya kira akan memanjakan pembaca semacam itu, yang menjadikan bacaan sebagai kesenangan batinnya, wisata spiritualnya.

Related Posts:

Gila Buku: Dasar Mata Keranjang



Dasar mata keranjang.
Tiap kali liat yang cantik, tiarap
Memokuskan pandang, lalu, jatuh cinta. Dasar...
Kemarin menemukan buku cantik, karya Ayah Edy, jatuh cinta
Sekarang, ketemu lagi buku baru, Dzikir Ilalang, karya Andi Bombang, suka lagi....

Tapi begitulah adanya, 
Saya tidak mengada-ada, melainkan, berkata apa adanya
Buku ini, sudah lama saya simpan dalam laci meja gedung dewan perwakilan daerah sebuah partai
Kuncinya saya bawa, kalau tidak salah, sampai sebulan lebiih, sekarang, saya buka lagi, masih ada, Alhamdulillah.
Masih seperti dulu, masih baru, masih bersegel
Karena tak ada bacaan, jenuh, si buku pun jadi korban
Ada dua buku, dan satu buku saya korbankan. Mungkin kini, dia sedang tersedu, merasakan keperawanannya hilang....

Namun wahai buku, tenanglah, saya akan mempergaulimu dengan baik
Dan tenanglah, karena kodratmu buku, dan buku itu harus dibuka, maka yakinlah, setelah kau saya buka, akan kamu dapati kehangatan dan suasana lebih menyenangkan daripada saat kamu masih perawan. Bagai gadis yang dipersunting perjaka, kemudian masuk pada kehidupan rumah tangga, benarlah dia kehilangan keperawanannya, namun justru itu lebih baik dan lebih membahagiakan baginya daripada dia tetap perawan dan terus memiliki keperawanan untuk waktu yang lama, karena dalam kehidupan rumah tangga itu, setelah kehilangan keperawanannya, dia bisa mendapatkan kehangatan, ketentraman, dan diri yang bermanfaat buat kelangsungan dan kelestarian ummat manusia. Dan demikianlah kamu wahai bukuku, wahai novelku yang cantik, relakanlah dirimu saya korbankan, karena pengorbananmu akan sangat bermanfaat buat kelangsungan dan kelestarian transfer pengetahuan....biarlah mutiara-mutiara kata di dalam dirimu mengalir ke benak ini, mengkristal dan membantu makrifatku.

Ah cantik nian Kamu...tidak sia-sia Mas Andi Bombang sudah melahirkanmu.
Mas Andi, ah rasanya ingin menggenangkan air mata, tatkala saya membaca pengantar buat diri kamu.

"Untuk Iis, istriku, ibu anak-anakku, terima kasih, Sayang. Maafkan aku kalau beberapa lama ini aku cuma mencangkung di depan komputer. Tapi uang belanja masih ada kan? Tenang saja, Sayang. Dia yang mengatur, bukan kita, hehe...buat Kakapia, sulungku, maaf kalau papa jadi jarang sempat mengantar sekolah karena ketiduran melulu bakda shubuh. Nanti Papa belikan binder bagus yang gambarnya princess. Buat Adeina, si bungsu, habis ini kita jalan-jalan sore lagi. Senyum dong...."

Ya, ingin saya genangkan air mata, karena tampak pada paragraf itu, Mas Andi, sudah berkorban banyak buatmu, karena dengan melahirkanmu, berarti melahirkan duta, yang akan menyebarkan romatis dan indahnya sinyal pengetahuan dari dalam batin beliau untuk banyak orang....sebelum ajal menjemputnya.

Sekali lagi, sebelum ajal menjemputnya. Dan sekarang, ajal sudah menjemputnya. Artinya lunas, kamu sudah lahir, maka bagai laba-lama yang rela dengan kematian dirinya setelah telur-telurnya menetas, semoga mas Andi pun sudah rela di alam kuburnya, tenang bersama kebaikan dia selama hidup, dan aliran aliran amal baiknya dari kebaikan yang bermanfaat terus menerus yang telah dia bangun selama hidup...seperti dirimu ini, oh novel.

Kamu mengerti bukan, kata kata bulat belitku?
Kalau tidak, tak masalah...





Related Posts: