Gila Buku: Dasar Mata Keranjang



Dasar mata keranjang.
Tiap kali liat yang cantik, tiarap
Memokuskan pandang, lalu, jatuh cinta. Dasar...
Kemarin menemukan buku cantik, karya Ayah Edy, jatuh cinta
Sekarang, ketemu lagi buku baru, Dzikir Ilalang, karya Andi Bombang, suka lagi....

Tapi begitulah adanya, 
Saya tidak mengada-ada, melainkan, berkata apa adanya
Buku ini, sudah lama saya simpan dalam laci meja gedung dewan perwakilan daerah sebuah partai
Kuncinya saya bawa, kalau tidak salah, sampai sebulan lebiih, sekarang, saya buka lagi, masih ada, Alhamdulillah.
Masih seperti dulu, masih baru, masih bersegel
Karena tak ada bacaan, jenuh, si buku pun jadi korban
Ada dua buku, dan satu buku saya korbankan. Mungkin kini, dia sedang tersedu, merasakan keperawanannya hilang....

Namun wahai buku, tenanglah, saya akan mempergaulimu dengan baik
Dan tenanglah, karena kodratmu buku, dan buku itu harus dibuka, maka yakinlah, setelah kau saya buka, akan kamu dapati kehangatan dan suasana lebih menyenangkan daripada saat kamu masih perawan. Bagai gadis yang dipersunting perjaka, kemudian masuk pada kehidupan rumah tangga, benarlah dia kehilangan keperawanannya, namun justru itu lebih baik dan lebih membahagiakan baginya daripada dia tetap perawan dan terus memiliki keperawanan untuk waktu yang lama, karena dalam kehidupan rumah tangga itu, setelah kehilangan keperawanannya, dia bisa mendapatkan kehangatan, ketentraman, dan diri yang bermanfaat buat kelangsungan dan kelestarian ummat manusia. Dan demikianlah kamu wahai bukuku, wahai novelku yang cantik, relakanlah dirimu saya korbankan, karena pengorbananmu akan sangat bermanfaat buat kelangsungan dan kelestarian transfer pengetahuan....biarlah mutiara-mutiara kata di dalam dirimu mengalir ke benak ini, mengkristal dan membantu makrifatku.

Ah cantik nian Kamu...tidak sia-sia Mas Andi Bombang sudah melahirkanmu.
Mas Andi, ah rasanya ingin menggenangkan air mata, tatkala saya membaca pengantar buat diri kamu.

"Untuk Iis, istriku, ibu anak-anakku, terima kasih, Sayang. Maafkan aku kalau beberapa lama ini aku cuma mencangkung di depan komputer. Tapi uang belanja masih ada kan? Tenang saja, Sayang. Dia yang mengatur, bukan kita, hehe...buat Kakapia, sulungku, maaf kalau papa jadi jarang sempat mengantar sekolah karena ketiduran melulu bakda shubuh. Nanti Papa belikan binder bagus yang gambarnya princess. Buat Adeina, si bungsu, habis ini kita jalan-jalan sore lagi. Senyum dong...."

Ya, ingin saya genangkan air mata, karena tampak pada paragraf itu, Mas Andi, sudah berkorban banyak buatmu, karena dengan melahirkanmu, berarti melahirkan duta, yang akan menyebarkan romatis dan indahnya sinyal pengetahuan dari dalam batin beliau untuk banyak orang....sebelum ajal menjemputnya.

Sekali lagi, sebelum ajal menjemputnya. Dan sekarang, ajal sudah menjemputnya. Artinya lunas, kamu sudah lahir, maka bagai laba-lama yang rela dengan kematian dirinya setelah telur-telurnya menetas, semoga mas Andi pun sudah rela di alam kuburnya, tenang bersama kebaikan dia selama hidup, dan aliran aliran amal baiknya dari kebaikan yang bermanfaat terus menerus yang telah dia bangun selama hidup...seperti dirimu ini, oh novel.

Kamu mengerti bukan, kata kata bulat belitku?
Kalau tidak, tak masalah...





Related Posts:

0 Response to "Gila Buku: Dasar Mata Keranjang"

Post a Comment