Nyanyian Kafilah: Buku Indah Kiriman dari Seberang



Busyet
Ya ampun
Astaghfirullah....
Ini buku datang dari Jambi.
Tanah Jambi itu bukan jarak dekat.
Dari Ciamis ini, Jawa Barat, menempuh jarak ratusan kilometer, menyeberang lautan, kemudian, jauh lagi mengarungi pulau Andalas atau Sumatera, dan entah berapa ratus kilometer lagi untuk sampai ke sana. Luar biasa, mengingat informasi pengiriman ini baru datang beberapa hari lalu.

Dan masya Allah, sebagaimana kepada buku lainnya
Kepada buku ini pun jatuh cinta lagi
Setelah saya buka jaketnya, berupa bungkus kado yang bertuliskan alamat tujuan dan alamat pengirim buku ini, saya dapati dalamnya masih bersegel. Saya usap segel itu, terasa halus dan kencang, sekencang pipi permaisuri Raja Parsi yang baru dia nikahi, lembab nan terawat, menimbulkan suasana aduhai saat mengusapnya.

Menatap sampulnya, '
Ah menyegarkan, hijau tua kegelapan
Bersulamkan nuansa alam, yang menjadi background seorang pria tengah berjalan di tengah rerumputan, berteduhkan rerimbunan dedaun pohon-pohon hutan.
Cantik nian buku ini,
Dan sebagai pria mata keranjang,
Seketika aku langsung sayang, dan rasa sayang ini,
Tanpa mau menunda, ingin langsung saya ungkapkan...

Oh buku,
Jauh jalan kau tempuh
Mari kusambut, dan, karena kau sudah jadi milikku, sebagaimana seorang gadis yang sudah jadi milik suaminya, maka artinya, dikau sudah halal jika pakaianmu kubuka...
Yang tenang ya,
Akan kusobek perlahan segelmu
Supaya kamu, seutuhnya benar-benar menjadi milikku.
Dan, sebagaimana seorang gadis yang sudah diperistri
Memberinya pakaian adalah kewajiban suami, dan begitulah kewajiban saya terhadap kamu sepertinya
Saya pun harus memberimu sampul. Tunggu sebentar ya, saya cari dulu plastiknya.
Nah, ini dia, pakailah...tuh lihat, baru saya pakaikan setengahnya, kalu sudah berkilauan
Terlebih jika sempurna...tapi adzan Ashar, tunggu lagi ya
Saya shalat dulu, setelah shalat nanti, dan sampul sempurna menutupi jilidmu, kita bersenang-senang
Aku memasuki alammu, kamu memasuki alamku
Aku menjadi kamu, kamu menjadi aku
Kamu, aku, kita
Begitu kata sahabatku di curcol.com
Dan benar saja, batinmu luar biasa, baru sampai mata ini ke halaman ketiga, sudah tersaji keindahan sabda-sabda cinta.
Diani Noer Cahya, siapa sesungguhnya dia, namun halaman ketiga, menyebut wanita ini telah menjadi almarhumah. Kalau begitu, semoga Allah menyiramkan kemuliaan ke atas kuburannya, atas kata-kata dia yang sangat inda tanda cinta kepada-Nya: "Aku harus melakukan sesuatu, menulis puisi yang selama ini belum pernah ditulis di dunia. Aku akan menulis puisi paling indah untuk Allah."

Sebenarnya, Diani Noer Cahya itu siapa sih?
Cepat saya buka ke bagian halaman tengahnya, namun tak juga tersua
Langsung saja saya tanyakan langsung kepada salah satu penulis dalam buku ini, Zha Falina
Siapa sebenarnya dia
"Salah satu admin di grup facebook" jawabnya.
Oh, hanya itu respon hatiku
Dan ah memang indah luar biasa
Diani Noer Cahya ini dengan puisi dua barisnya
Hati dan lisan bersyahadat, menjingkati tujuh langit-Mu
Kulintasi garis-garis waktu, kepada fitrah aku menuju...rotasi tasbih seisi bumi, melisan do'a-do'a, melangit...
Aduh
Nyanyian Kafilah bukuku
Berjalan menyusuri belantaramu
Aku terus-menerus, dibawa pada keindahan sujud
Sujudnya kata-kata, dan tunduknya mereka, saat dituntun, supaya memikul setumpuk besar beban cinta nan besar kepada-Nya.....beban kerinduan yang sangat, yang dalam, yang asing namun kenal, yang rendah namun tinggi, yang gelap namun terang, yang tiada pembeda sanggup membahasannya dan tiada pemisah sanggup meleraikannya, membuatku gila, hilang kesadaran, tenggelam ke alam bawah sadar, merasakan kesejukan di sana, lalu kata-kata, tak jelas mengungkapkan apa, seperti apa yang baru saja saya tulis.
Wahai mawar di tengah rimbun perdu, tikamlah kumbang dengan durimu, karena tikamanmu, karena tikamanmu sangat dirindukannya, tikaman yang mungkin saja membuat dia mati, namun baginya itu kematian membahagiakan disebabkan itulah hasrat sepanjang hidupnya.

Wahai
Nyanyian Kafilah bukuku
Hal lain yang membuatmu indah adalah
Esai Sastra, bahasan kepada puisi-puisi nuansa sufistik itu
Itulah yang selama ini saya rindukan, dan tak pernah surut sejak dulu
Sejak esai-esai Majalah Sastra Horizon, hingga esai-esai di koran Minggu
Dan kini dengan esai itu, kembali saya bertemu, di dalammu, 
Ah bukuku
Kamu membuatku mabuk
Sudahlah buku, menulis tentangmu takkan pernah berujung
Kututup dulu kamu, saya belum makan, nanti kembali kita bertemu

Related Posts:

0 Response to "Nyanyian Kafilah: Buku Indah Kiriman dari Seberang"

Post a Comment