Inginnya Saya Terus Posting Buku

Sebenarnya saya ingin fokus kepada satu hal. Seperti menggali sumur, jika terlalu banyak lingkaran lahan yang harus saya gali, maka kemungkinan mendapatkan air akan lama, sebaliknya jika lahan galian sumur itu satu lingkaran saja, maka lubang bisa dalam lebih cepat dan air pun bisa memancar lebih cepat.

Seperti mengurus blog ini, inginnya saya terus-terusan  posting, menyediakan buku buat didownload lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi, supaya orang yang berkunjung ke blog saya, tak hanya mengambil satu dua buku saja, tapi juga bisa mendapatkan buku lainnya lebih banyak, dan dengan demikian pageview blog saya cepat naik.

Namun tak bisa begitu. Di mana langit di pijak di situ langit dijunjung. Saya harus mengikuti aturan tempat di mana saya diam. Sekarang saya mengajar pada lembaga yang mengharuskan para gurunya supaya tarbiyah, yaitu semacam pengajian yang dikhususkan kepada kader dakwah. Duduk melingkung mendengarkan seorang guru memberikan materi dasar dasar ke-Islaman bahkan hingga siyasah. Dan saya harus mengikuti pengajian itu, jika tidak, saya akan terasing lagi di sini. Padahal terus terang, saya tak mau, apalagi ini, saya harus tarbiyah ke tempat yang jauh.

Namun apa mau dikata, malam hari istri kepala sekolah datang ke ruangan kantor saya, sengaja menyampaikan pesan supaya besok pagi saya membonceng Nandar, ustadz teman saya mengajar di sini, ke tempat tarbiyah itu. Membonceng? Ya ampun, orang yang akan dibonceng itu beratnya sampai 80 kg. Belum lagi berat saya sendiri. Bisa cepat rusaklah motor saya. Kebayang di jalan naik, mundur lagi karena berat.

Untunglah keesokan harinya, Nandar membawa motor sendiri, jadi musibat motor rusak bisa saya hindari. Namun rasa sungkan berangkat ke tempat tarbiyah masih ada. Setelah Shubuh datang pesan ke hape saya, jika pengajian akan dimulai jam enam pagi. Artinya saya harus bersiap lebih cepat. Sungkan rasanya saat mengeluarkan motor menuju halaman, akan tetapi kalau tidak, saya bisa diasingkan. Dan itu tak mau, saya ingin nyaman diam di sini. 

Dengan berat hati, saya pun berangkat. Sebuah dongeng Sunda hasil rekaman saya sendiri, saya putar buat hiburan sepanjang jalan. Saya juga memberi semangat kepada diri sendiri dengan mengatakan dalam hati, bahwa perjalanan menuju tempat tarbiyah ini dalam rangka silaturahmi. Tentu di sana, saya akan bertemu dengan orang-orang baru, atau teman lama yang sudah lama tidak ketemu. Dengan cara itu, saya bisa membuat relasi lebh banyak, teman lebih banyak, dan saudara lebih banyak. Saya bisa bersilaturrahmi.

Setiba di tempat memang iya, saya diperkenalkan kepada orang-orang yang luar biasa. Mereka rata-rata orang sukses. Satu pengusaha, yang lainnya wirausahawan, yang lainnya anggota dewan. Iya, anggota dewan saya anggap orang sukses, karena setidaknya, dia sudah sukses memenangkan pemilihan anggota legislatif. Dan di sini beliau bertindak sebagai murobbinya, atau guru. Dan luar biasa, dia berbagi kisah-kisah para sahabat. Antara lain Abu Bakar.

Yang luar biasa bagi saya, setelah mendengar kisahnya, ternyata Abu Bakar ini pebisnis sukses. Pantas saja jika setelah dia masuk islam, kedermawanannya luar biasa. Karena seorang pebisnis sukss yakin, perkembangan usahanya hanya akan melesat jauh manakala dia menjadi orang dermawan. Setiap orang kaya raya pasti sangat yakin, memberi sedekah ini kunci.

Ini ada beberapa catatan acak-acakan yang saya buat sambil mendengarkan kisah Abu Bakar ini, antara lain:

Abu Bakar adalah seorang pedagang, sejak muda, dan pada saat dagang itulah beliau bertemu dengan seorang Muhamad yang mendapatkan kepercayaan mendagangkan barang Khadijah dan Muhammad sangat terkenal kejujurannya.
Abu bakar adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga. Mendapat gelar Ash-Shidiq karena sangat yakin dalam membenarkan kerasulan Muhammad dan segala yang disampaikannya.

Dia termasuk Kabilah Ta'im, dan Abu Bakar mendapatkan tugas memberikan sangsi bagi orang-orang yang melanggar. Sehingga Abu Bakar karena seringnya mengikuti perang dan banyak menyaksikan persengketaan, maka setelah dewasa menjadi seorang yang bijaksana.

Abu Bakar menjalankan bisnis menjual pakaian. Ketika datang Islam, Abu Bakar masuk menyaksikan Kerasulan Muhammad lebih cepat dari yang lain, tanpa takut kehilangan relasi bisnisnya.

Kabilah Taim adalah yang paling tahu seluk beluk kabilah, dan paling tahu mana kabilah baik dan mana kabilah jahat. Karenanya,

Mengapa Abu Bakar begitu akrab dengan Muhammad?
Itu terjadi sewaktu Nabi Muhammad menjalankan perdagangan Khadijah, karena mereka sama-sama menjalankan perdagangan maka mereka menjadi akrab.

Abu Bakar punya banyak kolega bisnis dari kalangan bisnisman papan atas, seperti Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, karenanya sewaktu dia masuk Islam, maka orang yang dia ajak adalah para pengusaha besar itu.

Related Posts:

0 Response to "Inginnya Saya Terus Posting Buku"

Post a Comment