Menulis: Sarana Pamer Kebodohan

Ternyata setelah saya praktikkan
Dulu saya mengira, menulis ini sarana saya menampilkan kepintaran
Baru saya mengerti
Ternyata menulis
Bagi saya
Hanyalah sarana menampilkan kebodohan

Itu karena sebelum saya menulis
Orang tidak tahu seberapa banyak kebodohan saya
Namun, setelah saya menulis orang jadi tahu, begitu banyak kebodohan saya

Begitu banyak orang takut menulis
Karena khawatir ketahuan bodoh, dan takut
Orang mentertawakan kebodohannya
Namun di sisi lain
Banyak juga orang menulis, karena ingin kelihatan pintar
Dan sialnya,
Yang terjadi malah semakin memamerkan kebodohannya

Contohnya saja saya
Sering menulis demi menunjukkan kepintaran
Namun yang terjadi, orang malah jadi tahu bahwa saya bodoh
Kemudian, orang pun mengkritik kebodohan saya, bermaksud memperbaiki
Dan bagaimana reaksi saya?
Kritikan itu saya bantah, dengan kata-kata, yang tujuannya demi menunjukkan kepintaran saya
Namun akibatnya kembali sebaliknya, yang terjadi, dengan argumen itu, malah semakin membeberkan kebodohan.
Terlebih ketika saya ngamuk-ngamuk, karena merasa kepepet dalam berdebat
Kemudian keluar kata-kata penghinaan
Kebodohan yang tadi baru kelihatan setelangahnya, sekarang nyaris seratus persennya
Itulah sebabnya sambil mencangkul tadi,
Sambil saya memasukkan pupuk ke lobang buat menanam tomat
Saya renungkan, ternyata selama ini menulis bagi saya, hanya alat menampilkan kebodohan

Kalau begitu, bagaimana seharusnya menulis?
Saya juga tidak tahu harus bagaimana
Tapi
Sekedar so tahu, sambil berpura-pura tahu, saya ingin berkata
Menulis, tak perlu sambil ingin kelihatan apapun
Atau khawatir kelihatan apapun
Menulis, menurut saya mesti sambil mengosongkan diri
Mengosongkan diri dari rasa ingin kelihatan pintar, dan mengosongkan diri dari khawatir kelihatan bodoh

Related Posts:

0 Response to "Menulis: Sarana Pamer Kebodohan"

Post a Comment